Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Saham ANTM dan INCO saat Harga Nikel Tertekan

Prospek saham ANTM dan INCO masih dibayangi harga komoditas nikel yang kian tertekan.
Proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023)/Bisnis-Paulus Tandi Bone
Proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023)/Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — Prospek saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) dibayangi harga komoditas nikel yang kian tertekan.

Diberitakan sebelumnya, pasar global saat ini sedang mengalami kelebihan pasokan, yang membuat harga nikel turun lebih dari 40% dari tahun lalu. Nikel diperdagangkan di kisaran harga US$16.000 per ton, mendekati level harga terendah sejak 2021.

Adapun, penurunan harga tak lepas dari banjirnya pasokan baru nikel dari Indonesia dalam dua tahun terakhir. Indonesia berambisi menjadi pusat nikel global dengan menarik investasi miliaran dolar ke industri pengolahan nikel, dengan keuntungan tenaga kerja murah, listrik murah, dan bahan mentah yang mudah didapat.

Head of Research Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy mengatakan, kondisi kelebihan pasokan atau oversupply masih akan terjadi pada tahun ini, sehingga harga nikel akan cenderung mengalami tekanan.

"Jadi menurut kami harga nikel tidak akan kembali lagi ke level yang paling tingginya waktu tahun 2022 lalu," ujar Robertus di Jakarta, Rabu, (24/1/2024).

Selain oversupply nikel, menurutnya adopsi kendaraan listrik juga masih minim di Indonesia yang relatif terlambat mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dibanding negara-negara lain.

"Industri nikel ke depannya masih akan sangat ditentukan oleh mekanisme pasar dan ambisi dari beberapa negara seperti misalnya Indonesia atau Filipina untuk bisa terus meningkatkan produksi nikel yang menurut kami juga ini akan masih akan terus berdampak cenderung negatif," kata dia.

Alhasil, dengan sederet sentimen tersebut, Mirae Asset Sekuritas masih menyematkan rekomendasi netral untuk saham ANTM dan INCO.

Di lain sisi, Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi mengatakan, saham nikel juga masih terdampak penurunan nilai ekspor pada akhir tahun lalu.

Dia mengatakan untuk komoditas nikel per Desember 2023 mencatatkan penurunan nilai ekspor sebesar -4,09% month-to-month (mtm) menjadi US$521,8 juta yang disebabkan penurunan harga komoditas nikel sebesar -3,53% mtm.

"Meski demikian, kami menilai hilirisasi nikel akan memberikan benefit yang jauh lebih besar meski harga komoditas mentahnya alami penurunan. Sehingga emiten-emiten yang memiliki smelter akan mendulang sentimen positif di tengah harga komoditas yang alami penurunan," kata Audi kepada Bisnis, Rabu (24/1/2024).

Alhasil, Audi mengatakan Kiwoom Sekuritas menyematkan rekomendasi buy untuk ANTM dengan target harga Rp1.970 per saham. Sedangkan saham INCO direkomendasikan hold dengan target harga Rp4.680 per saham.

Pada perdagangan Rabu, (24/1/2024) saham ANTM ditutup turun 4,66% ke level Rp1.535 per saham, sedangkan saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) naik 2,79% ke level Rp4.050 per saham.

___________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper