Bisnis.com, JAKARTA - Manajer investasi, PT Trimegah Asset Management menargetkan perolehan dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) tembus Rp35,96 triliun hingga akhir tahun 2024.
Presiden Direktur & CEO Trimegah AM, Antony Dirga mengatakan, perusahaan menargetkan dana kelolaan reksa dana dapat bertumbuh 10% dibandingkan capaian pada tahun 2023.
"Ya, target kami bertumbuh sekitar 10%. Di akhir tahun 2023 AUM kami hampir Rp33 triliun kan, jadi pertumbuhan target kami 10% di tahun 2024," ujar Antony kepada Bisnis, Kamis, (18/1/2024).
Mengacu laman resmi reksa dana Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Trimegah AM mencatatkan AUM sebesar Rp32,69 triliun per Desember 2023, dengan unit penyertaan reksa dana sebanyak 28,10 miliar unit. Artinya, jika membidik kenaikan 10% maka target AUM perusahaan hingga akhir 2024 sebesar Rp35,96 triliun.
Sebagai upaya mencapai target AUM tersebut, Trimegah AM juga tengah mengkaji peluang untuk memperluas cakupan bisnis ke produk investasi berbasis kolektif dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
Sebagaimana diatur dalam Pasal 137 Ayat 3 UU Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), manajer investasi atau manajer investasi syariah sudah diperbolehkan untuk mendirikan DPLK.
Baca Juga
Adapun pada aturan sebelumnya yakni UU Nomor 11 Tahun 1992, hanya bank dan perusahaan asuransi jiwa yang diperbolehkan mendirikan DPLK.
“Kalau DPLK kan memang MI diberi kesempatan untuk memperluas bisnis ya, bisa masuk ke bisnis DPLK. Intinya sih kami di Trimegah AM juga sedang mempelajari kesempatan di bisnis DPLK,” jelasnya.
Adapun, pada tahun ini OJK juga berupaya meningkatkan AUM industri reksa dana, dengan mengembangkan produk reksa dana dan alternatif produk lainnya guna memberikan pilihan investasi yang menarik bagi investor. Salah satunya yaitu OJK mengkaji perluasan instrumen investasi sebagai underlying reksa dana pasar uang.
Antony mengatakan sebagai manajer investasi, Trimegah AM terbuka untuk perluasan instrumen di reksa dana berbasis pasar uang. Namun, menurutnya yang terpenting adalah instrumen tersebut cukup likuid dan aturan turunannya jelas.
“Kami terbuka saja untuk instrumen diperluas yang pertama asal instrumen tersebut cukup likuid sehingga sesuai dengan objektif dari reksa dana pasar uang. Kedua adalah saya kira kebijakan pajaknya harus jelas,” pungkas Antony.
Sebagai informasi, OJK mencatat AUM industri reksa dana tembus Rp504,94 triliun per Desember 2023. Dana kelolaan itu naik 1,74% secara month-to-month (mtm) dari posisi November 2023 sebesar Rp496,27 triliun.
Lalu secara year-to-date (ytd) dana kelolaan industri reksa dana turun 1,51% dari posisi Rp512,70 triliun pada Januari 2023.
Sepanjang tahun 2023, AUM reksa dana industri mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, dengan level tertinggi menyentuh Rp520,1 triliun pada Juli 2023, dan level terendahnya di Rp496,27 triliun pada November 2023.