Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (5/1): Batu Bara Masih Memanas, CPO Rebound

Harga batu bara dan CPO ditutup menguat pada perdagangan Kamis (4/1/2024).
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara mencatatkan penguatannya dalam dua hari berturut-turut. Harga crude palm oil (CPO) juga mengalami rebound.

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (5/1/2024), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari 2024 pada penutupan perdagangan Kamis (4/1) menguat 1,87% atau 2,40 poin ke level US$130,9 per metrik ton. Kemudian, kontrak pengiriman Februari 2024 juga menguat 1,73% atau 2,20 poin ke level US$129,20 per metrik ton. 

Mengutip Reuters, India berencana untuk membentuk konsorsium perusahaan milik negara untuk memfasilitasi impor batu bara kokas. Hal ini dilakukan untuk membantu perusahaan baja dalam negeri untuk mengatasi kelangkaan. 

Sebelumnya, perusahaan-perusahaan baja terkemuka di India telah mengajukan petisi kepada pemerintah untuk membantu meningkatkan pasokan bahan baku utama pembuatan baja. Upaya ini dilakukan lantaran berkurangnya pasokan dan tingginya harga batu bara kokas.

Adapun, pabrik baja di India yang merupakan produsen baja mentah terbesar kedua di dunia, mengalami kesulitan karena pasokan batu bara kokas dari Australia yang tidak stabil, yang biasanya menyumbang lebih dari setengah impor tahunan India. Diketahui, India juga mengimpor batu bara kokas dari Amerika Serikat (AS), Indonesia, dan Kanada. 

Perusahaan baja India mengonsumsi sekitar 70 juta metrik ton batu bara kokas setiap tahunnya. Impor batu bara mencakup sekitar 85% dari total kebutuhan negara tersebut. 

Berdasarkan catatan BisnisBangladesh meningkatkan produksi listrik tenaga batu bara hampir tiga kali lipat pada 2030 yang dapat membantu negara tersebut mengatasi kekurangan listrik dalam lebih dari satu dekade dan memangkas kenaikan biaya pembangkit listrik. 

Bangladesh merupakan salah satu dari sepuluh negara yang paling bergantung pada bahan bakar fosil untuk pembangkit listriknya. 

China juga menerapkan kembali bea masuk sebesar 6% untuk batu bara yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan 3% untuk batu bara kokas. Indonesia tidak terkena tarif tersebut karena tercapainya perjanjian perdagangan bebas dengan Negeri Panda tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper