Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas saham-saham di Bursa Amerika Serikat, Wall Street, New York melemah pada akhir perdagangan Kamis (4/1/2024) waktu setempat karena para investor mencerna laporan tenaga kerja AS sebagai petunjuk untuk kebijakan moneter Federal Reserve ke depan.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (5/1/2024), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,03%, S&P 500 turun 0,34% atau 16,13 poin ke 4.688,68, dan Nasdaq tergelincir 0,56% atau 81,91 poin ke 14.510,30.
Nasdaq mencatat pelemahan beruntun selama lima hari atau penurunan terpanjang sejak Desember 2022, karena investor melakukan profit taking pada saham-saham teknologi yang melejit tahun lalu.
Saham Apple Inc. anjlok setelah penurunan peringkatnya yang kedua minggu ini karena bank investasi Piper Sandler menunjukkan kekhawatiran mengenai tingkat persediaan iPhone.
Obligasi pemerintah AS tenor sepuluh tahun ditandai dengan imbal hasil mencapai 4% setelah data menunjukkan perusahaan-perusahaan AS meningkatkan perekrutan karyawan selama Desember 2023 dan klaim pengangguran berada di bawah perkiraan.
Suku bunga acuan untuk segala hal mulai dari cicilan rumah hingga pinjaman telah bertambah sekitar 12 basis poin sejak awal tahun. Pedagang pasar berjangka memangkas taruhan mereka terhadap pelonggaran Fed setelah data tersebut dirilis.
Baca Juga
“Tidak ada data apa pun yang menunjukkan adanya urgensi dari para pengambil kebijakan untuk mulai menormalisasi suku bunga lebih rendah pada kuartal pertama,” kata Ian Lyngen, ahli strategi di BMO Capital Markets.
Investor akan beralih ke laporan pekerjaan bulanan AS pada hari Jumat serta data inflasi Eropa untuk mengukur apakah bank sentral memiliki ruang untuk mulai menurunkan suku bunga.
Pertaruhan penurunan suku bunga AS pada bulan Maret telah meredup karena pasar tenaga kerja masih dalam kondisi stabil. Risalah rapat The Fed bulan Desember pada Rabu menunjukkan bahwa suku bunga berpeluang tetap pada tingkat yang membatasi untuk beberapa waktu.
Nonfarm payrolls kemungkinan meningkat sebesar 175.000 pada Desember sementara tingkat pengangguran diperkirakan sedikit naik menjadi 3,8%, menurut ekonom yang disurvei oleh Bloomberg.
“Saat ini hanya sedikit yang menunjukkan bahwa bulan lalu adalah saat pasar tenaga kerja mengalami siklus yang lebih lemah. Kami bias terhadap data hari Jumat yang memberikan perlindungan bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu lama seperti hasil risalah FOMC,” tulis Ben Jeffery dari BMO.
Pedagang pasar berjangka sekarang memperhitungkan sekitar 65% peluang penurunan suku bunga sebesar seperempat poin pada pertemuan kedua The Fed tahun ini, mereka telah melihat penurunan suku bunga pada bulan Maret sebagai taruhan yang lebih pasti pada minggu lalu.
“Jika angka-angka di masa depan menunjukkan kekuatan yang sama dan perekonomian terus berjalan, wajar jika kita bertanya-tanya mengapa The Fed terburu-buru menurunkan suku bunganya,” kata Chris Larkin dari E*Trade dari Morgan Stanley.