Sri Mulyani menambahkan pemicu utama terkontraksinya penerimaan kepabeanan dan cukai adalah penerimaan bea keluar yang hanya sebesar Rp13,5 triliun atau hanya mencapai 68,3% dari target.
Dia menjelaskan penerimaan bea keluar yang turun mencerminkan harga CPO yang turun sangat tajam, juga upaya hilirisasi produk mineral yang berdampak pada penurunan volume ekspor dan tarif bea keluar mineral.
“Kita lihat bea keluar bauksit turun 89% karena sejak Maret dilarang ekspor maka langsung tidak ada kegiatan ekspornya. Tembaga masih tumbuh 10,8% karena kita masih melakukan relaksasi,” jelas Sri Mulyani.
Selain itu, bea keluar produk sawit juga mengalami penurunan yang dalam sebesar 81,2% disebabkan oleh penurunan harga rata-rata CPO sebesar 34,1%, meski volume ekspor kelapa sawit masih tumbuh 3%.