Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat ke level Rp15.420 pada perdagangan hari ini, Rabu (27/12/2023). Rupiah tampak mengalami penguatan yang paling tinggi di antara mata uang Asia.
Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 63,50 poin atau 0,41% menuju level Rp15.420,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat tipis 0,08% ke 101,54.
Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia mayoritas dibuka melemah. Yen Jepang, semisal, melemah 0,18%, diikuti yuan China yang menurun 0,10%. Adapun dolar Hong Kong mengalami pelemahan 0,10%, peso Filipina melemah 0,36%, dan dolar Singapura turun 0,02%.
Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra menyampaikan bahwa berdasarkan pertemuan The Fed terakhir, pasar mengantisipasi pemangkasan suku bunga acuan dapat terjadi sebanyak dua hingga tiga kali pada 2024.
"Potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS terbuka karena sinyal pemangkasan suku bunga The Fed. Potensi ke Rp15.300-Rp15.200," ujar Ariston kepada Bisnis.
The Fed masih menahan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,5%. Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) juga masih menahan BI rate di level 6% jelang tutup tahun 2023.
Baca Juga
Menurut Ariston keputusan pemangkasan suku bunga The Fed masih bergantung dengan perkembangan inflasi AS yang menjadi target kebijakan suku bunga Fed Fund Rate.
Jika The Fed memandang inflasi sulit turun ke target 2%, maka Bank Sentral AS itu bisa menahan suku bunga acuan di level tinggi lebih lama.
Sementara itu, dihubungi terpisah, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan bahwa dari sentimen dalam negeri ada beberapa indikator ekonomi Indonesia yang membuat pertumbuhan ekonomi optimistis di atas 5%.
Semisal, pertumbuhan ekonomi masih di kisaran 5% atau lebih tinggi dari rata-rata global yang hanya 2,9%. Inflasi di angka 2,86% atau di bawah tingkat inflasi global 7,2%.
Di samping itu, beberapa indikator lain menjadi alasan di balik optimisme pemerintah, seperti naiknya tingkat penyerapan tenaga kerja nasional, yakni 4,5 juta orang dari Agustus 2022 ke Agustus 2023, dan PMI manufaktur di level ekspansif yakni 51,7.
“Selain itu, surplus neraca dagang 43 bulan berturut-turut, serta Indeks Keyakinan Konsumen November 2023 di angka 123,6,” kata Ibrahim