Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manuver Emiten Prajogo di 2023: CUAN, BREN, BRPT & TPIA Berdansa di Lantai Bursa

CUAN, BREN, BRPT & TPIA milik Prajogo aktif melakukan aksi korporasi sepanjang 2023 yang diapresiasi pelaku pasar dengan lonjakan kinerja saham yang ciamik.
Prajogo Pangestu. CUAN, BREN, BRPT & TPIA milik Prajogo aktif melakukan aksi korporasi sepanjang tahun 2023 yang diapresiasi pelaku pasar dengan lonjakan kinerja saham yang ciamik./baritopacific
Prajogo Pangestu. CUAN, BREN, BRPT & TPIA milik Prajogo aktif melakukan aksi korporasi sepanjang tahun 2023 yang diapresiasi pelaku pasar dengan lonjakan kinerja saham yang ciamik./baritopacific

Bisnis.com, JAKARTA — Per Desember 2023, empat emiten besutan Prajogo Pangestu yakni CUAN, BREN, BRPT dan TPIA tercatat di Bursa Efek Indonesia. Keempat emiten kepunyaan Konglomerat Indonesia ini mencatatkan kinerja cukup ciamik secara year to date meski dua di antaranya belum lama melantai di Bursa.

Grup Barito belakangan menjadi buah bibir pelaku pasar tak lama setelah PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) dan PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) resmi diperdagangkan di pasar saham Indonesia. CUAN dan BREN menjadi memancing dua emiten Prajogo lainnya yaitu PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) bergeliat sekaligus menjadi kendaraan Prajogo menuju deretan orang terkaya.

Kinerja luar biasa termasuk pergerakan saham terjadi seiring dengan beberapa manuver emiten-emiten ini selama setahun belakangan. Pemberitaan media juga tak lepas dari aksi-aksi yang dilakukan Prajogo melalui empat emitennya.

Beberapa di antaranya yang fenomenal yaitu kabar CUAN yang mengakuisisi emiten Happy Hapsoro PT Petrosea Tbk. (PTRO), BREN dengan kabar akuisisi 5 pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) hingga TPIA dengan berita penjualan 30% anak usaha ke perusahaan Thailand.

Bisnis telah merangkum sejumlah aksi korporasi yang dilakukan emiten kesayangan Prajogo sekaligus kinerja sahamnya.

Cerita dimulai saat CUAN resmi melantai pada 8 Maret 2023 lalu dengan harga Rp200 per saham. Emiten yang 85% sahamnya milik Prajogo ini bergerak melesat dengan kenaikan sebesar 6.612,5% menjadi Rp13.425 sejak IPO. Anomali pergerakan sahamnya mulai diperbincangkan di kalangan pelaku pasar yang berujung suspensi oleh Bursa.

Manuver CUAN makin kencang dengan pengumuman pembentukan anak usaha baru, diversifikasi ke bisnis pasir silika dan emas hingga rencana akuisisi PTRO dan PT Multi Tambangjaya Utama.

Berdasarkan catatan Bisnis, CUAN mengumumkan pendirian tiga anak usaha baru pada Agustus lalu dengan kepemilikan masing-masing sebanyak 4.999 saham atau sebesar 99,98% dengan nilai nominal sebesar Rp 4.999.000.000.

Ketiganya adalah PT Prima Mineral Investindo, PT Kreasi Jasa Persada dan PT Green Natural Investama. PT Prima Mineral Investindo bergerak di pertambangan mineral yang disiapkan sebagai diversifikasi usaha pertambangan batu bara yang telah dimiliki.

Selanjutnya adalah PT kreasi Jasa Persada yang bergerak di bidang jasa pertambangan dengan tujuan integrasi jasa pertambangan di wilayah sekitar IUP milik CUAN. Kemudian  PT Green Natural Investindo bergerak di bidang Hutan Tanaman Industri, di mana GNI nantinya berguna untuk mengimbangi emisi karbon yang dihasilkan oleh anak usaha CUAN lainnya sebagai kompensasi atas batu bara yang telah ditambang.

Dua bulan setelahnya, CUAN kembali mengumumkan akuisisi perusahaan pasir silika dan emas. Akuisisi ini terkait dengan kegiatan diversifikasi yang dilakukan oleh salah satu anak usaha yang baru saja didirikan yaitu PT Prima Mineral Investindo (PT PMI). PMI telah menggenggam 85% saham perusahaan pasir silika PT Sepekat Saut Sejahtera.

CUAN juga tercatat melakukan Perjanjian Jual Beli Bersyarat (CSPA) dengan dua anak usaha PT Indika Energy Tbk. (INDY) untuk mengakuisisi 100 persen kepemilikan PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU).

Dua anak usaha INDY tersebut ialah PT Indika Indonesia Resources (IIR) dan Indika Capital Investments Pte. Ltd. (ICI).  Manajemen CUAN menuturkan dalam ketentuan CSPA, CUAN akan membeli seluruh 2,26 miliar (2.263.030.000) saham di MUTU, termasuk hak pemasaran terkait yang dimiliki oleh ICI dengan total nilai sebesar US$218 juta.

Diversifikasi juga dilakukan melalui PT Intam yang memiliki wilayah konsesi pertambangan emas seluas 18.500 hektar di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Terakhir, kabar akuisisi PTRO sebanyak 34% saham yang dipegang oleh PT Caraka Reksa Optima (CRO) milik Haji Romo Nitiyudo Wachjo atau Haji Robert. Dalam pengumumannya, CUAN akan mengakuisisi 34% saham PTRO melalui anak usahanya, PT Kreasi Jasa Persada (KJP). CUAN tercatat memiliki 99,98% saham KJP.

Hal hampir serupa terjadi di BREN yang melantai pada Oktober 2023 lalu. Dalam waktu singkat, saham yang ditawarkan dengan harga IPO di level Rp780 per saham saat ini melonjak ke posisi Rp7.500 atau naik 861,53%.

Tidak lama setelah melantai, BREN mulai gencar melakukan aksi ambil alih beberapa perusahaan atau pembangkit listrik melalui anak usahanya Star Energy.

BREN juga mengumumkan penambahan kapasitas terpasang dari pembangkit listrik yang dimiliki. Dalam pengumuman resminya, Proyek Salak Binary milik anak usaha Star Energy Group Holdings Pte Ltd (STAR) menargetkan commercial operation date (COD) akhir 2023 dengan penambahan kapasitas hingga 15 megawatt.

Sementara itu, BREN melalui anak usahanya PT Barito Wind Energy menggandeng ACEN Investment HK Limited mengakuisisi 3 Pembangkit Listrik Tenaga Angin yaitu Sidrap 2, Sukabumi dan Lombok.

PT. Barito Renewables Energy Tbk. (BREN)
PT. Barito Renewables Energy Tbk. (BREN)

BREN juga mengakuisisi 100% saham PT UPC Sidrap Bayu Energy (Sidrap 1). Terletak di Sulawesi Selatan, Sidrap adalah pembangkit listrik tenaga angin pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar di negara ini dengan kapasitas 75 MW. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, akuisisi juga akan mencakup PT Operation and Maintenance Indonesia (OMI).

Di sisi lain, emiten petrokimia TPIA mengumumkan beberapa aksi korporasi. Pada bulan Februari yang lalu, (TPIA) berhasil menyelesaikan pembelian 70% saham PT Krakatau Daya Listrik (KDL) dan 49% saham PT Krakatau Tirta Industri (KTI). Perlu dicatat bahwa kedua perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS). Total nilai akuisisi untuk transaksi tersebut mencapai Rp3,24 triliun.

Tak sampai di situ, TPIA juga melakukan akuisisi terhadap PT Krakatau Posco Energy sebanyak 45% melalui KDL. Selain itu, KDL akan melakukan investasi bersama sesuai dengan proporsi kepemilikannya untuk mendukung rencana ekspansi KPE dalam membangun pembangkit listrik baru berkapasitas 200 megawatt. Akusisi ini memakan nilai investasi hingga US$200 juta.

Selanjutnya, TPIA juga menyepakati perjanjian jual beli lahan senilai Rp1,15 triliun yang dialokasikan untuk persiapan pembangunan pabrik. Dua anak usaha PT Chandra Asri Alkali (CAA) menandatangani perjanjian jual beli tanah seluas 513.658 m2 milik PT Krakatau Daya Listrik (KDL) yang terletak di Kawasan Industri Krakatau, Cilegon, Banten.

TPIA juga dikabarkan telah menjual 30% saham anak usahanya yaitu PT Chandra Daya Investasi (CDI). Dengan penjualan ini, TPIA meraih investasi US$194 juta atau setara Rp3,03 triliun (kurs jisdor Rp15.631) dari perusahaan Thailand.

Dari sisi kinerja saham, TPIA berada di level Rp5.875 per saham. Secara year to date, saham TPIA naik 128,60%. Pergerakan saham TPIA juga sempat menyentuh all time high atau tertinggi sepanjang masa di level Rp5.925. Kapitalisasi pasar juga tercatat sebesar Rp508,26 triliun.

Meski anak-anak usaha banyak melakukan aksi korporasi, tidak dengan induk usahanya yaitu BRPT. Sejauh pantauan Bisnis, selain membawa BREN untuk IPO, BRPT telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III tahap II Tahun 2023 sebesar Rp1 triliun dengan hasil obligasi akan digunakan untuk refinancing beberapa obligasi jatuh tempo.

Berdasarkan prospektus, obligasi yang merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berkelanjutan III BRPT dengan target dana dihimpun sebesar Rp3 triliun akan ditawarkan dalam dua seri yaitu A dan B.

Seri A dengan pokok obligasi sebesar Rp700 miliar memberikan tingkat bunga tetap sebesar 8,5% dengan jangka waktu 3 tahun sejak tanggal emisi. Sementara itu, Seri B dengan pokok sebesar Rp300 miliar akan memiliki tingkat bunga tetap sebesar 9,5% per tahun dalam jangka waktu 5 tahun.

Dari sisi kinerja saham, BRPT juga ikut kecipratan sentimen BREN dan CUAN yang terlihat dari sahamnya yang ikut naik. Saham BRPT berada di level Rp1.410 per saham atau naik 86,75% secara year to date. Sementara itu, kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp132,18 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper