Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT Eagle High Plantation Tbk. (BWPT) Henderi Djunaidi terpantau getol memborong saham perseroan. Henderi terpantau lima kali melakukan pembelian saham emiten Grup Rajawali tersebut.
Pada 12 Desember 2023, Henderi kembali melakukan pembelian saham BWPT sejumlah 350.000 saham dengan harga Rp53 per saham. Oleh karena itu, total transaksi mencapai Rp18,55 juta. Setelah transaksi, Henderi memegang 3.322.500 (3,32 juta) saha BWPT.
"Tujuan transaksi adalah investasi," paparnya dalam laporan ke Bursa Efek Indonesia, dikutip Kamis (21/12/2023).
Pada perdagangan hari ini pukul 09.36 WIB, saham BPWT naik 1 poin atau 1,89% menjadi Rp54. Kapitalisasi pasarnya Rp1,70 triliun dengan valuasi PER 10,63 kali dan PBV 0,80 kali. Namun, saham BWPT terkoreksi 16,92% sepanjang 2023.
Direkur Utama BWPT Henderi Djunaidi terpantau rutin memborong saham perseroan dalam beberapa bulan terakhir di tengah pertumbuhan kinerja.
Aksi pembelian perdana dilakukan pada 19 September 2023 sejumlah 2 juta saham di harga Rp58 sehingga total transaksi mencapai Rp116 juta. Sebelumnya, Henderi belum menggenggam saham BWPT.
Baca Juga
Selanjutnya, pada 24 Oktober 2023, Henderi melakukan pembelian 250.000 saham di harga Rp57 dengan total transaksi Rp14,25 juta. Pada 30 Oktober 2023, Henderi juga memborong 250.000 saham di harga Rp57 sehingga total transaksi Rp14,25 juta.
Pada 8 November 2023, Henderi membeli 472.500 saham BWPT di harga Rp55 dengan total transaksi Rp25,98 juta. Setelah transaksi tersebut, Henderi memegang 2.972.500 saham.
Kinerja Keuangan
Sementara itu, emiten perkebunan kelapa sawit dan CPO Rajawali Group milik konglomerat Peter Sondakh tersebut mencatatkan pertumbuhan dengan raihan laba bersih Rp104 miliar per kuartal III/2023. Bahkan, BWPT menargetkan pertumbuhan kinerja dobel digit pada 2023.
Berdasarkan keterangan resmi, Kamis (2/11/2023) pertumbuhan positif tersebut didukung oleh penerapan praktik agronomi yang dilakukan BWPT sehingga mampu bertahan dalam kondisi El- Nino.
Direktur Utama BWPT Henderi Djunaidi menyampaikan meskipun sebagian besar tren produksi di perkebunan sawit mengalami penurunan, tetapi BWPT berhasil menjaga produksi kebun sawit tetap stabil. Volume penjualan minyak kelapa sawit (CPO) dan inti sawit (PK) BWPT pun mengalami peningkatan.
“Volume penjualan CPO tercatat mengalami peningkatan sebesar 8%, naik dari 242.376 MT menjadi 260.711 MT year-on-year (YoY), sedangkan penjualan PK meningkat sebesar 4%, dari 44.133 MT menjadi 46.009 MT dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,” kata Henderi dalam keterangan resmi, Kamis (2/11/2023).
Selain itu, BWPT juga berhasil mencatatkan peningkatan fresh fruit bunch (FFB) yield per hektar sebesar 14% dan membukukan laba bersih sebesar Rp104 miliar, jika dibandingkan dengan kerugian sebesar Rp15 miliar di tahun sebelumnya.
Sementara itu, pendapatan BWPT turun 6% menjadi Rp3,22 triliun dari sebelumnya Rp3,43 triliun karena penurunan rata-rata harga pasar CPO dan PK yang signifikan per kuartal III/2023, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Namun, gross profit margin dan operating margin BWPT meningkat 3%.
Peningkatan tersebut merupakan hasil peningkatan produktivitas tanaman karena penerapan praktik agronomi dan efisiensi biaya. Pencapaian per kuartal III/2023 pun searah dengan target pertumbuhan dobel digit perseroan.
“Melihat capaian hingga kuartal III tahun ini, BWPT optimis akan dapat melanjutkan tren pertumbuhan double digit secara finansial dan operasional di tahun 2023,” pungkas Henderi.
Saat ini, BWPT mengelola lahan perkebunan seluas 87.000 hektare di Sumatera, Kalimanan, dan Papua, serta memiliki total kapasitas pabrik kelapa sawit (PKS) 2,2 juta ton TBS per tahun.