Bisnis.com, JAKARTA – Keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, untuk memangkas suku bunga acuannya pada 2024 akan memberikan keuntungan bagi sejumlah saham yang sensitif terhadap kebijakan tersebut.
Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi menuturkan bahwa The Fed memproyeksikan pemangkasan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) menuju 4,75%. Namun, pasar berspekulasi besaran itu tidak cukup dan memasang angka 150 bps menjadi 4%.
Selain itu, dia mengatakan bahwa pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga The Fed akan dimulai pada kuartal I/2024 atau tepatnya pada Maret mendatang.
“Apabila terjadi maka saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga akan diuntungkan, misalnya properti dan otomotif. Saham-saham multifinance juga berpotensi diuntungkan,” ujar Lionel saat dihubungi Bisnis pada Kamis (14/12/2023).
Meski demikian, dia menilai harapan pasar terlalu spekulatif. Investor yang lebih konservatif disarankan wait and see dengan masuk ke instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) atau bertahan di saham-saham defensif seperti rokok, konsumer, dan telekomunikasi.
Sementara itu, Lionel menyatakan bahwa euforia spekulatif melanda pasar global setelah rilis data inflasi PPI Amerika Serikat yang lebih rendah dibandingkan konsensus
Baca Juga
Penurunan inflasi PPI yang melebihi proyeksi pelaku pasar memungkinkan penurunan laju inflasi inti PCE bulanan di bawah 0,1% month-to-month (MoM) pada November, sehingga spekulasi dovish pivot The Fed pada Maret 2024 kembali naik dengan probabilitas 66%.
Dia juga menambahkan bahwa terbukanya peluang penurunan suku bunga The Fed mengakibatkan indeks obligasi EMBI untuk emerging market naik sebesar 0,7% dan yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 18 bps menjadi 4,02%
“Yield INDOGB tenor 10 tahun berpeluang turun menuju rentang 6,6 – 6,7%, yang diikuti apresiasi rupiah menuju rentang Rp14.500-Rp15.500 per dolar AS,” pungkasnya.
___________________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.