Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp15.640 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (12/12/2023).
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah dibuka melemah 0,11% atau 17,5 poin per dolar AS. Indeks dolar juga bergerak melemah 0,08% ke posisi 103,615.
Sementara itu, mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,34%, dolar Hong Kong menguat 0,31%, won Korea naik 0,14%, peso Filipina naik 0,12%, ringgit Malaysia menguat 0,10% dan bath Thailand naik 0,32%.
Kemudian mata uang yang melemah adalah yuan China turun 0,03%, rupee India melemah 0,01% bersama rupiah.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan pada perdagangan hari ini, Selasa (12/12/2023), rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.610- Rp15.670 per dolar AS.
Selain itu, Ibrahim mengatakan data nonfarm payrolls yang lebih kuat dari perkiraan membuat para pedagang mengurangi spekulasi bahwa The Fed dapat menurunkan suku bunga pada awal tahun 2024.
Baca Juga
“Harga berjangka Dana Fed menunjukkan peluang 43% penurunan 25 basis poin di bulan Maret, turun dari ekspektasi sebelumnya yang lebih dari 60%,” katanya dalam riset harian.
Bank sentral akan mempertahankan suku bunga pada akhir pertemuan Rabu mendatang. Namun, data tenaga kerja yang kuat menandakan adanya ketahanan dalam perekonomian AS, dan menandai potensi terjadinya soft landing. Selain The Fed, data inflasi AS juga akan dirilis pekan ini.
Selain The Fed, keputusan suku bunga dari Bank Sentral Inggris (BoE), Bank Sentral Eropa (ECB), dan Bank Nasional Swiss (Swiss National Bank) akan diumumkan pada minggu ini, dengan ketiga bank tersebut kemungkinan akan memberikan sinyal suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Di Asia, rilis data pada akhir pekan menunjukkan inflasi indeks harga konsumen Tiongkok mengalami kontraksi untuk bulan kedua berturut-turut di bulan November, sementara kontraksi inflasi indeks harga produsen semakin dalam selama empat belas bulan berturut-turut.
Ibrahim mengatakan data tersebut menunjukkan bahwa Tiongkok yang merupakan ekonomi terbesar kedua didunia kemungkinan akan mengalami pelemahan ekonomi yang berkelanjutan dalam beberapa bulan mendatang, karena belanja gagal meningkat meskipun ada upaya likuiditas dari Beijing.
Sementara itu, Bank Indonesia melaporkan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) November 2023 tercatat masing-masing sebesar 113,0 dan 134,2
Pada November 2023, keyakinan konsumen terpantau tetap optimis pada seluruh kategori pengeluaran. Peningkatan optimisme terutama tercatat pada responden dengan pengeluaran Rp2,1-3 juta.
Kemudian, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini tetap kuat, tercermin dari IKE November 2023 yang berada pada area optimis sebesar 113,0 meskipun lebih rendah dibandingkan dengan 114,4 pada Oktober 2023. Tetap kuatnya IKE November 2023 terutama didorong oleh Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (Durable Goods) yang tercatat sebesar 110,2 meningkat 1,0 poin dari Oktober 2023.
Sementara itu, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Penghasilan Saat Ini menurun masing-masing sebesar 4,3 poin dan 0,8 poin menjadi 113,2 dan 115,6 pada November 2023.