Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah ke Rp15.590, Tertekan Data Tenaga Kerja AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke Rp15.590 pada perdagangan awal pekan ini, Senin, (11/12/2023).
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke Rp15.590 pada perdagangan awal pekan ini, Senin, (11/12/2023). Pelemahan rupiah disebabkan karena tertekan rilis data tenaga kerja AS pekan lalu.

Mengacu data Bloomberg pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka melemah 0,47% atau 72,5 poin menuju level Rp15.590 per dolar AS, setelah ditutup melemah pada akhir pekan lalu. Sementara itu indeks mata uang Negeri Paman Sam menguat tipis 0,01 poin ke posisi 104,01 pada pagi ini. 

Adapun, mata uang lain di kawasan Asia juga kompak melemah terhadap dolar AS. Misalnya, yen Jepang melemah 0,39%, dolar Hongkong melemah 0,03%, dolar Singapura turun 0,08%, dan dolar Taiwan turun 0,38%.

Selanjutnya, won Korea anjlok 0,86%, peso Filipina turun 0,25%, rupee India melemah 0,03%, yuan China turun 0,15%, ringgit Malaysia terkoreksi 0,28%, dan baht Thailand turun 0,45%.

Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS karena data tenaga kerja AS yang dirilis Jumat (8/12/2023) malam lebih bagus dari ekspektasi pasar.

Sebagai informasi, laporan data tenaga kerja AS pada Jumat, (8/12) menunjukkan penguatan yang tidak terduga. Nonfarm payrolls meningkat 199.000 pada November 2023, tingkat pengangguran turun menjadi 3,7% dan pertumbuhan upah bulanan melampaui perkiraan.

"Data tenaga kerja AS yang solid bisa dijadikan pertimbangan bagi The Fed untuk menahan suku bunga acuan di level yang tinggi untuk waktu yang lebih lama," ujar Ariston kepada Bisnis pada Senin, (11/12/2023).

Meskipun demikian, menurutnya penguatan dolar AS terhadap rupiah kemungkinan tidak terlalu besar pada awal pekan ini, karena pasar menunggu data penting inflasi konsumen AS yang dirilis Selasa, (12/12) malam dan keputusan suku bunga The Fed yang akan dirilis Kamis (14/12) dinihari.

Selain itu kata dia, data inflasi China terbaru yang dirilis pada Sabtu (9/12) yang menunjukan deflasi bisa memberikan sentimen negatif ke rupiah. Deflasi di China bisa diartikan penurunan permintaan yang mengarah ke pelambatan ekonomi. Ekonomi Indonesia sebagai mitra dagang China bisa terimbas dampak negatif ke depannya.

"Hari ini, potensi pelemahan rupiah ke arah Rp15.550-Rp15.580, dengan potensi support di sekitar Rp15.480," pungkas Ariston.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper