Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Menutup Pekan dengan Melemah ke Level Rp15.517, Dolar AS Perkasa

Rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.517 pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (8/12/2023). Sementara itu, dolar AS terpantau perkasa di posisi 103,76.
Karyawati menghitung mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menghitung mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (8/12/2023). Pada saat yang sama, dolar AS menunjukkan keperkasaannya.

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 2,5 poin atau 0,02% menuju level Rp15.517,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat sebesar 0,21% ke posisi 103,76.

Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia ditutup bervariasi. Won Korea, semisal, menguat 1,39%, diikuti yen Jepang meningkat sebesar 0,11%. Adapun yuan China melemah 0,16%, peso Filipina membukukan pelemahan 0,18%, dan ringgit Malaysia menguat 0,16%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan data lowongan kerja dan data payroll swasta menunjukkan pasar tenaga kerja AS melemah, sehingga berpotensi menyebabkan penurunan untuk bulan November yang dirilis hari ini.

“Tanda-tanda pasar tenaga kerja yang melemah akan mengurangi dorongan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam waktu yang lebih lama,” ujar Ibrahim dalam publikasi riset harian, Jumat (8/12/2023).

Namun, dia menambahkan pasar masih mencari petunjuk lebih lanjut mengenai kapan The Fed mulai menurunkan suku bunga pada 2024. Ekspektasi penurunan suku bunga setelah Maret 2024 telah mendorong penguatan mata uang Asia dalam beberapa sesi terakhir.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2023 meningkat sebesar US$5 miliar menjadi US$138,1 miliar, dibandingkan dengan posisi pada akhir Oktober 2023 yang sebesar US$133,1 miliar.

Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh penerbitan global bond dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan pajak dan jasa.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” kata Ibrahim.

Selain itu, dia menyatakan bahwa BI memandang cadangan devisa akan tetap memadai, karena didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring respons bauran kebijakan yang ditempuh dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Ibrahim memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah pada Senin (11/12/2023) akan tetap bergerak fluktuatif tetapi ditutup menguat di rentang Rp15.490 – Rp15.550.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper