Bisnis.com, JAKARTA — Emiten energi afiliasi Pandu Sjahrir PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) kian gencar melakukan diversifikasi bisnis ke bisnis energi baru terbarukan (EBT). Setelah sebelumnya masuk di bisnis PLTS dan motor listrik, TOBA kini mulai merambah bisnis pengelolaan limbah.
Baru-baru ini, TOBA melalui anak usaha PT Solusi Bersih TBS (SBT) yang menjadi sub-holding bisnis pengolahan sampah telah mengakuisisi ARAH Environmental (AE). AE adalah pemain di sektor pengolahan limbah medis, limbah B3, limbah domestik, dan limbah elektronik.
Langkah strategis ini mengikuti akuisisi sebelumnya atas Asia Medical Enviro Services (AMES) yang berbasis di Singapura pada Agustus 2023. PT SBT memiliki visi untuk berkembang menjadi pemimpin di industri pengolahan sampah terintegrasi di skala regional, khususnya di Asia Tenggara, menandai langkah besar dalam ekspansi dan pengaruh Perseroan di sektor lingkungan.
SVP Corporate Strategy & Investor Relations TBS Nafi Sentausa menyampaikan SBT akan berfokus pada pengolahan empat jenis limbah, yang meliputi limbah medis, limbah B3, limbah domestik, serta limbah elektronik dan baterai.
Menurutnya investasi dalam inisiatif penanggulangan perubahan iklim menunjukkan komitmen Perseroan terhadap isu lingkungan global. Selain itu, program pelatihan tentang Praktik Bisnis Berkelanjutan yang diadakan untuk tim Manajemen Senior mencerminkan komitmen Perseroan dalam memastikan praktik bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan di semua tingkatan organisasi.
“Melalui ‘Towards a Better Society 2030’ (TBS2030), kami tidak hanya berkomitmen untuk pertumbuhan bisnis, tetapi juga untuk menciptakan dampak positif melalui praktek bisnis berkelanjutan dan inklusif.” kata Nafi, Kamis (7/12/2023).
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, TOBA memang tengah aktif melakukan diversifikasi ke energi hijau. Tercatat emiten terafiliasi Pandu Sjahrir ini menganggarkan investasi senilai US$500 juta atau setara Rp7,6 triliun untuk mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) dan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) hingga 2025.
Untuk bisnis kendaraan listriknya, tercatat TOBA bahkan telah menggelontorkan capex Rp300 miliar untuk proyek motor listrik Electrum. Komisaris Utama Electrum Pandu Sjahrir yang juga menjabat sebagai Wakil Direktur Utama TOBA menuturkan perusahaan tambang tersebut juga masih akan mengucurkan dana untuk Electrum.
"Hal ini lantaran proyek motor listrik dinilai sangat prospektif meski penetrasi masyarakat masih di bawah 0,2%," ujarnya saat ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.
Nilai investasi untuk bisnis motor listrik PT Energi Kreasi Bersama (Electrum) diperkirakan mencapai Rp1 triliun dalam beberapa tahun ke depan. Electrum merupakan perusahaan ini hasil joint ventures dari PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dan TOBA.
Pandu mengatakan TOBA mengatakan nilai investasi sebesar Rp1 triliun tersebut termasuk untuk pengembangan dan riset produk, pembangunan pabrik, hingga infrastruktur penukaran baterai.
Selain itu, TOBA melalui anak usahanya PT Energi Baru TBS bermitra dengan PLN Batam dan PLN Nusantara Power (Nusantara Power) untuk mengembangkan proyek PLTS Apung Trembesi di Batam.
Listrik yang dihasilkan dari pembangkit ini akan dimanfaatkan untuk menerangi Pulau Batam dan sekitarnya, yang terhubung dengan jaringan listrik PLN Batam. TOBA dan Nusantara Power akan mengembangkan PLTS Terapung berkapasitas 42 MWp.
Proyek ini merupakan proyek yang telah dirintis sejak awal oleh TOBA. Dengan kapasitas 42 MWp, TOBA berharap PLTS ini dapat mulai beroperasi pada 2024. Proyek ini menjadi prioritas bagi TBS dalam sektor EBT. Selain PLTS Terapung, TOBA juga tercatat tengah mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga mini hydr 2x3 MW di Lampung.
Proyek ini ditargetkan dapat beroperasi komersial pada Juni 2024. TBS atau TOBA juga tengah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) sebesar 22 MW di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Anggaran Capex 2024
Sebagai informasi, TOBA akan menyiapkan belanja modal hingga US$250 juta atau setara Rp3,88 triliun (kurs Jisdor Rp15.536 per dolar AS) untuk tahun 2024.
Direktur TBS Energi Utama Juli Oktarina mengatakan TOBA mengalokasikan belanja modal sebesar US$200-US$250 juta untuk tahun depan. Rencananya, belanja modal ini akan digunakan untuk menopang pengembangan bisnis terbarukan, kendaraan listrik, dan pengolahan sampah.
“Penggunaan capex sebagian besar untuk bisnis kami di Energi Terbarukan (EBT), alokasinya nanti 30% untuk Electrum, 30% untuk pengolahan sampah, 40% untuk batu bara,” ujar Juli di Jakarta, Kamis (7/12/2023).
Dia melanjutkan, belanja modal ini akan didapatkan dari kombinasi antara utang dan modal perusahaan. Menurutnya, TOBA akan mempertimbangkan berbagai opsi untuk mendanai belanja modal ini.
Menurutnya, belanja modal ini bisa saja didanai dari pinjaman baru, penerbitan rights issue, hingga penerbitan surat utang.
"Kami juga lihat, kami akan bandingkan apakah kita akan mengambil loan baru, atau kita mendingan kita rights issue, atau kami terbitkan corporate bond," ucapnya.