Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat ke Rp15.428 per Dolar AS, Paling Perkasa di Kawasan Asia

Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp 15.428 per dolar AS pada perdagangan awal pekan, Senin (4/12/2023).
Warga memegang sejumlah uang rupiah di Pasar Petisah, Medan, Sumatra Utara pada Minggu (29/1/2023). - Bloomberg/Dimas Ardian
Warga memegang sejumlah uang rupiah di Pasar Petisah, Medan, Sumatra Utara pada Minggu (29/1/2023). - Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp 15.428 per dolar AS pada perdagangan awal pekan, Senin (4/12/2023). 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 0,36% atau 56 poin ke posisi Rp15.428 di hadapan dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terpantau menguat 0,11% ke level 103.237. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya terpantau bergerak bervariasi cenderung menguat di hadapan dolar AS. Yen Jepang menguat 0,14%, dolar Taiwan menguat 0,34%, won Korea naik 0,31%, peso Filipina menguat 0,12%, rupee India naik 0,12%, ringgit Malaysia menguat 0,17% dan bath Thailand naik 0,15%. 

Hanya yuan China yang melemah 0,07%, dolar Singapura turun 0,05% dan dolar Hong Kong melemah 0,01%. 

Sebelumnya Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan mata uang rupiah hari ini akan berfluktuatif dan ditutup melemah direntang Rp15.450- Rp15.520 per dolar AS.

Ibrahim juga menjelaskan Federal Reserve kemungkinan akan menaikkan suku bunganya dan mungkin mulai melakukan pelonggaran pada pertengahan tahun depan, yang biasanya merupakan faktor negatif terhadap dolar.

Ketidakpastian mengenai potensi perubahan kebijakan The Fed membantu dolar pulih secara tajam dari level terendah sejak pertengahan Agustus. Sementara itu indeks harga PCE yaitu alat pengukur inflasi pilihan The Fed  tetap berada di atas target bank sentral sebesar 2% pada bulan Oktober.

Beberapa anggota Fed mencatat minggu ini bahwa inflasi telah turun secara signifikan tahun ini, meskipun masih berada di atas kisaran target bank sentral. Dolar juga mengalami penurunan tajam pada bulan November, di tengah meningkatnya keyakinan bahwa The Fed telah selesai menaikkan suku bunga.

Sementara itu, S&P Global mencatat Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia menguat ke level 51,7 pada November 2023, atau meningkat 0,2 poin dari 51,5 pada Oktober 2023. Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan menyebut, posisi tersebut menunjukkan kenaikan lebih cepat pada kondisi sektor manufaktur, kenaikan PMI ini di respon positif oleh pasar.

Data PMI November menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi, meski data headline terkini 51,7 masih di bawah rata-rata kuartal III/2023, yaitu 53,2. Sedangkan tingkat kepercayaan bisnis naik dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, masih di bawah rata-rata jangka panjang.   

Menurut S&P Global, pesanan baru yang akan datang untuk barang produksi Indonesia kembali naik pada November 2023. Hal ini didukung oleh perbaikan kondisi permintaan dan ekspansi basis pelanggan. Kendati demikian, S&P Global mencatat tingkat pertumbuhan merupakan yang paling lambat pada periode 6 bulan saat ini dan tergolong sedang secara umum, yang dipicu oleh menurunnya permintaan asing pada bulan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper