Bisnis.com, JAKARTA – Empat emiten BUMN Karya telah merilis laporan keuangan per akhir September 2023. Dari jumlah tersebut, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) masih mencatatkan kerugian.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, WIKA mencatatkan rugi senilai Rp5,84 triliun pada kuartal III/2023. Rugi tersebut mengalami pembengkakan hingga 209 kali lipat dibandingkan rugi tahun sebelumnya yang sebesar Rp27,96 miliar.
Sementara itu, Waskita Karya membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp2,83 triliun. Berbalik dari laba yang diraih pada kuartal III/2022 yakni Rp425,29 juta.
Seiring dengan capaian tersebut, Ekonom Samuel Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan bahwa sengkarut utang yang melingkungi perusahaan BUMN Karya akan membebani pergerakan indeks BUMN pilihan atau IDX BUMN 20.
“Indeks BUMN akan cenderung flat atau melemah karena isu BUMN lebih ke bailout dan masih tidak jelas skemanya bagaimana dan seluas apa, terutama untuk para BUMN Karya,” ujar Lionel kepada Bisnis dikutip Minggu (3/12/2023).
Di sisi lain, dia memandang emiten BUMN yang memiliki prospek cerah pada 2024 adalah sektor telekomunikasi infrastruktur. Sebab, emiten pelat merah di sektor ini berpeluang meraup laba lebih besar seiring meningkatnya aktivitas digital di tahun politik.
Baca Juga
Dihubungi terpisah, Presiden Direktur Kiwoom Sekuritas Indonesia Changkun Shin menilai upaya restrukturisasi akan menjadi satu-satunya langkah untuk mendorong prospek saham WIKA dan WSKT ke depan jika upaya tersebut mampu dilakukan.
“Dari sisi market dampak jika gagal restrukturisasi biasanya akan berdampak negatif, di mana akan direspons dengan penurunan pada harga sahamnya,” kata Shin.
Untuk rekomendasi saham WSKT dan WIKA, Shin mengatakan investor masih perlu wait and see sembari menunggu momentum yang tepat dan perkembang positif terkait restrukturisasi. Secara umum saham konstruksi masih cukup potensial karena telah mengalami penurunan harga.
Dari lantai bursa, saham WIKA ditutup menguat 1,59% menuju level Rp384 pada Jumat (1/12/2023). Adapun sepanjang tahun berjalan atau year-to-date terkoreksi 52%. Di sisi lain, saham WSKT masih disuspensi oleh otoritas Bursa sejak Mei lalu.