Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Kuartal III/BUMN Karya WIKA, WSKT, ADHI, PTPP, Siapa Juara?

BUMN Karya WIKA, WSKT, ADHI, dan PTPP telah merilis kinerja keuangan kuartal III/2023, yang cenderung bervariasi.
BUMN Karya WIKA, WSKT, ADHI, dan PTPP telah merilis kinerja keuangan kuartal III/2023, yang cenderung bervariasi. Bisnis/Arief Hermawan P
BUMN Karya WIKA, WSKT, ADHI, dan PTPP telah merilis kinerja keuangan kuartal III/2023, yang cenderung bervariasi. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – BUMN Karya yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) telah merilis kinerja keuangan kuartal III/2023. Bagaimana realisasinya?

WIKA menjadi emiten konstruksi BUMN yang paling akhir merilis kinerja sepanjang Januari-September 2023. Realisasinya, perseroan merugi Rp5,84 triliun per kuartal III/2023.

Berdasarkan laporan keuangan WIKA, rugi tersebut mengalami pembengkakan hingga 209 kali lipat dibandingkan rugi tahun sebelumnya yang sebesar Rp27,96 miliar.

Padahal, pendapatan bersih Wijaya Karya sepanjang periode Januari – September 2023 masih tumbuh 17,88% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp15,07 triliun.

Raihan tersebut ditopang segmen infrastruktur dan gedung yang meraih Rp8,09 triliun, segmen industri menyumbang Rp3,42 triliun, serta energi dan industrial plant mencapai Rp2,58 triliun.

Namun, pada saat bersamaan, perseroan membukukan beban pokok pendapatan sebesar Rp13,86 triliun atau mengalami kenaikan 18,60% YoY. Setelah pendapatan dikurangi beban pokok, laba kotor WIKA tercatat tumbuh 10,33% YoY menjadi Rp1,21 triliun.

Meski demikian, perseroan membukukan rugi usaha sebesar Rp3,66 triliun. Jumlah ini berbalik dari laba yang diraih pada tahun 2022 yakni sebesar Rp865,93 miliar.

Emiten BUMN Karya ini juga menorehkan kenaikan beban keuangan sebesar 192,30% YoY, atau dari posisi Rp815,23 miliar menjadi Rp2,38 triliun pada kuartal III/2023.

Alhasil, setelah diakumulasikan dengan pendapatan dan beban lainnya, WIKA mencatatkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp5,84 triliun.  

Di sisi lain, Waskita Karya membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp2,83 triliun. Berbalik dari laba yang diraih pada kuartal III/2022 yakni Rp425,29 juta.

Sepanjang periode Januari-September 2023, Waskita tercatat meraih pendapatan sebesar Rp7,81 triliun atau turun 24,14% YoY dari posisi sebelumnya sebesar Rp10,3 triliun.

Perinciannya, pendapatan dari segmen konstruksi melemah 29,68% YoY menjadi Rp6,31 triliun, sementara pendapatan dari bunga jasa konstruksi turun 3,7% YoY menjadi Rp45,36 miliar.

Selain itu, penjualan precast tumbuh 21,95% YoY menjadi Rp372,69 miliar, diikuti pendapatan jalan tol yang mencapai Rp830,77 miliar atau naik 23,51% secara tahunan, dan pendapatan properti melemah 24,88% YoY ke Rp134,01 miliar.

Seiring dengan hal tersebut, beban pokok pendapatan yang dirangkum perseroan mencapai Rp7,04 triliun atau menurun 24,40% secara tahunan. Hal ini diakibatkan mayoritas beban pokok yang berasal dari jasa konstruksi mengalami penurunan.

Melalui perolehan pendapatan dan beban tersebut, Waskita Karya mengakumulasikan laba kotor sebesar Rp773,93 miliar atau terkoreksi 21,68% dari torehan tahun sebelumnya.

ADHI dan PTPP Raih Laba

Berbeda nasib dengan Waskita dan WIKA, ADHI dan PTPP tercatat mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sampai dengan kuartal III/2023.

ADHI, misalnya, mencatatkan laba bersih sebesar Rp23,53 miliar, tumbuh 11,94% YoY. Meski demikian, laba per saham turun dari level Rp5,9 menuju Rp2,8 per lembar.

Pertumbuhan laba bersih Adhi Karya didorong oleh capaian pendapatan yang tumbuh 25,36% YoY menjadi Rp11,44 triliun. Hal ini didorong oleh pendapatan dari segmen teknik dan konstruksi yang tercatat mencapai Rp9,44 triliun atau meningkat 27,96% YoY.

Pendapatan dari segmen manufaktur juga melesat 60,94% YoY menuju angka Rp960,01 miliar, diikuti segmen properti dan pelayanan sebesar Rp427,15 miliar atau turun 27,95% YoY, serta segmen investasi membukukan Rp620,1 miliar atau naik 9,74% YoY.

Seiring kenaikan pendapatan, beban pokok perseroan naik 28,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp10,32 triliun. Alhasil laba kotor yang dirangkum ADHI sepanjang Januari-September 2023 mencapai Rp1,11 triliun, tumbuh 4,10% YoY.

Sementara itu, PTPP mencetak laba bersih sebesar Rp239,72 miliar pada kuartal III/2023, naik 70% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni Rp141,02 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, PTPP membukukan pendapatan usaha sebesar Rp12,22 triliun. Jumlah ini melemah 9,18 secara tahunan.

Turunnya pendapatan perusahaan disebabkan oleh melemahnya segmen jasa konstruksi, yang sepanjang Januari-September 2023, meraup Rp9,92 triliun atau turun 8,19% YoY.

Adapun segmen rekayasa, pengadaan, dan konstruksi atau engineering-procurement-construction (EPC) membukukan pendapatan Rp1,38 triliun, meningkat 73,58% secara tahunan.

Di tengah meningkatnya pendapatan usaha, beban pokok pendapatan PTPP terkoreksi 9,77% YoY menjadi Rp10,5 triliun. Hal ini diakibatkan mayoritas beban pokok yang berasal dari pos jasa konstruksi mengalami penurunan secara tahunan.

Melalui perolehan pendapatan dan beban tersebut, PTPP mengakumulasikan laba kotor sebesar Rp1,71 triliun atau terkoreksi 5,43% dari torehan tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper