Bisnis.com, JAKARTA — Saham emiten yang masuk dalam industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) hingga akhir pekan perdagangan, Jumat (1/1/2023) bergerak bervariasi meskipun cenderung menguat, kala subsidi kendaraan listrik minim penyerapan.
Adapun emiten yang dimaksud antara lain, PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA), PT Gaya Abadi Sempurna Tbk. (SLIS), PT NFC Indonesia Tbk. (NFCX), PT Indika Energy Tbk. (INDY) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA).
Secara rinci, INDY, WIKA, TOBA, dan SLIS kompak mengalami kenaikan. Sementara NFCX bergerak ke zona merah. Saham TOBA menguat 2,44% di level Rp252 per saham. Adapun secara akumulasi saham TOBA masih mencatatkan penurunan kinerja sebesar 58,35% secara year-to-date (YtD).
Sebelumnya, TOBA juga telah menggandeng PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) dan TBS Energi Utama Tbk (TOBA) dalam memproduksi massal Electrum. Duet antara TOBA dan GOTO tersebut memanfaatkan platform keluaran Dassault Systemes untuk desain perdana produksi massal.
Berita tentang kinerja saham EV menjadi salah satu berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Sabtu (2/12/2023). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ulasannya:
Baca Juga
Berharap Insentif Tambahan Dorong Perakitan Lokal Mobil Listrik
Setelah banyak insentif ditabur, pemerintah masih punya tawaran sejumlah stimulus bagi pelaku industri mobil listrik, mulai PPN 0% dan pelonggaran TKDN. Tujuannya, volume penjualan yang membesar akan mendorong perakitan lokal.
Rencana memberikan tambahan insentif disampaikan Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita di Kompleks Istana Kepresidenen, Senin (31/7/2023). Padahal, sedikitnya 7 insentif fiskal telah diberikan baik bagi konsumen, pabrikan, hingga bengkel konversi kendaraan cetus api ke mesin listrik.
Pemerintah berasalan, insentif tambahan itu diberikan agar Indonesia lebih kompetitif dalam menarik calon investor. Salah satunya adalah membebaskan pajak bagi mobil listrik completely bulit up yang masuk Indonesia.
"Pajak CBU itu nanti bisa kita nolkan. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)-nya nanti bisa dinolkan," kata Agus Gumiwang Kartasasmita. Agus mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo prinsipnya menyetujui agar Indonesia lebih kompetitif.
Ancang-Ancang P2P Lending Sambut Penurunan Bunga Pinjol
Tingginya tingkat bunga financial technology atau fintech menjadi salah satu pemberat, sehingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menurunkan bunga khususnya peer-to-peer lending atau pinjaman online mulai Januari 2024.
Jika diperinci, untuk pinjaman produktif bunga akan turun menjadi 0,1% per hari, smenetara pinjaman konsumtif 0,3% per hari. Meski begitu belum ada hitungan penurunan untuk pinjaman yang masih berjalan, atau yang melewati waktu penurunan bunga yang telah ditetapkan.
Misalnya saja, PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami), salah satu penyelenggara pinjol menyebut bahwa pihaknya masih belum bisa banyak berkomentar terkait nasib nasabah yang meminjam sebelum Januari 2024 bunganya turun atau tidak. Pihaknya akan memastikan teknis tersebut setelah berdiskusi dengan tim produk.
“Kami harus cari tahu terlebih dahulu, karena itu kan sifatnya teknis banget, operasional,” kata Brand Manager AdaKami Jonathan Kriss ditemui usai acara Media Gathering di Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Saham EV Kala Serapan Subsidi Motor Listrik Minim
Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) berharap penyerapan subsidi motor listrik setidaknya dapat mencapai 25.000 unit sebelum berakhirnya masa anggaran 2023.
Rendahnya serapan subsidi motor listrik dinilai terjadi karena rencana bisnis dari masing-masing pabrikan yang belum sampai ke daerah-daerah terpencil. Alhasil, para pabrikan membutuhkan mitra lokal untuk menggencarkan pemasaran serta distribusi motor listrik sehingga tidak hanya terpaku di kota-kota besar seperti Jakarta.
Ketua Aismoli Budi Setyadi mengatakan salah satu kendala dari percepatan populasi motor listrik adalah jaringan dealer yang belum mencapai daerah kecil. Dia pun menyebut penjualan 200.000 unit mustahil tercapai, dan berharap setidaknya masih bisa terserap 25.000 unit.
“Kendala itu salah satunya adalah dealer mereka belum sampai ke daerah-daerah. Harapan saya kalau gairah itu pasti ada itu pasti struktur akan diperbaiki,” ujarnya di Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Menangkap Window Dressing dan Santa Claus Rally di Akhir Tahun
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan di hari pertama bulan Desember 2023 dengan mencatatkan pelemahan ke level 7.059 pada Jumat, (1/12/2023). Pelaku pasar pun masih menanti sengatan efek santa claus rally dan window dressing untuk IHSG hingga akhir tahun 2023.
Berdasarkan data RTI, IHSG terkoreksi 0,29% atau 20,83 poin ke level 7.059,90. Sepanjang perdagangan, indeks komposit bergerak di rentang 7.022 hingga 7.083. Sebanyak 217 saham menguat, 338 saham melemah, dan 204 saham stagnan. Alhasil, kapitalisasi pasar tembus Rp11.158 triliun.
Sepanjang tahun berjalan, IHSG mencatatkan penguatan 3,04% secara year-to-date (YtD) dari posisi 6.850,98 pada 2 Januari 2023. Namun, rata-rata transaksi harian (RNTH) saham masih di kisaran Rp10,54 triliun, atau di bawah target yang ditetapkan Bursa Efek Indonesia (BEI) di angka Rp10,75 triliun.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, secara teknikal pergerakan IHSG masih berada di fase uptrend, namun dalam jangka pendek penguatannya relatif terbatas dan rawan terkoreksi terlebih dahulu.
Deru Manufaktur Terpacu Siklus Nataru
Sektor manufaktur menambah ekspansi produksi pada November 2023 seiring dengan permintaan pasar yang menguat menjelang siklus Natal dan Tahun Baru. Semestinya, pergerakan pabrik bisa lebih kencang lagi.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat indeks kepercayaan industri (IKI) November 2023 menyentuh 52,43 atau meningkat 1,73 poin dibandingkan Oktober 2023 yang menyentuh level 50,70.
IKI mengalami penurunan sejak pertumbuhan indeks terakhir pada Juni 2023 yang berada di level 53,93, naik dari posisi Mei sekitar 50,9. Kemudian IKI mencapai level 53,31 turun 0,60 poin pada Juli 2023.
Selanjutnya, pada Agustus level IKI turun 0,09 poin menjadi 53,22 dan kembali melambat 0,71 poin menjadi 52,51 pada September, serta melambat 1,81 poin pada Oktober 2023.