Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah hari ini dibuka lesu setelah Amerika Serikat (AS) melaporkan data inflasi Oktober yang cenderung mendingin. Adapun rilis Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan inflasi Indonesia pada November 2023 sebesar 0,38% secara bulanan, sehingga mencapai 2,86% secara tahunan.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (1/12/2023) pada 09.02 WIB, nilai tukar rupiah melemah 0,07% atau 11 poin ke Rp15.521 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama turun 0,20% atau 0,20 poin ke 103,30.
Mayoritas mata uang Asia tampak bervariasi. Yen Jepang menguat 0,34% dan yuan China ikut naik 0,03%. Di sisi lain, won Korea Selatan turun 0,73%, ringgit Malaysia melemah 0,16%, dan dolar Hong Kong tergelincir 0,01%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pejabat The Fed mengatakan bahwa penurunan inflasi AS baru-baru ini dan tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja menunjukkan bahwa bank sentral kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga lebih lanjut.
"Bahwa pelonggaran inflasi lebih lanjut juga dapat mendorong bank sentral tersebut untuk menurunkan suku bunganya pada awal tahun 2024," ujar Ibrahim dalam riset, dikutip Jumat (31/11/2023).
Lebih lanjut, data terbaru yang dirilis Kamis menunjukkan belanja konsumen AS meningkat secara moderat pada Oktober 2023, sementara kenaikan inflasi tahunan merupakan yang terkecil dalam lebih dari 2,5 tahun.
Baca Juga
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik 3% pada Oktober dibandingkan tahun lalu, moderat dari angka 3,4% dalam tiga bulan meskipun masih di atas target The Fed sebesar 2%.
“Meskipun tingkat 3% masih terlalu tinggi untuk menyatakan kemenangan terhadap inflasi, hal ini menandai tingkat terendah baru dalam seri ini yang kemungkinan akan menyenangkan The Fed dan mengurangi tekanan untuk menerapkan kenaikan lebih lanjut,” kata Ryan Brandham, kepala pasar modal global Validus Risk Management, mengutip Reuters.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan inflasi pada November 2023 sebesar 0,38%. Dengan besaran ini, inflasi Indonesia mencapai 2,86% secara tahunan (year-on-year/yoy), dan sebesar 2,19% secara year-to-date.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, menyampaikan penyumbang terbesar adalah makanan minuman dan tembakau sebesar 1,23%. Kelompok ini menyumbang andil inflasi 0,32%. Dari angka ini komoditas penyumbang utama inflasi adalah cabai merah dengan andil 0,16%, cabai rawit dengan andil 0,08%, bawang merah andil 0,03%, lalu beras andil 0,02% dan gula pasir serta telur ayam ras andil 0,01%
"Yang memberikan andil cukup signifikan ke inflasi mtm, tarif angkutan udara dengan andil 0,04%, emas perhiasan dengan andil 0,03%, serta tarif air minum andil 0,01%," ujar Edy dalam Rilis Berita Resmi Statistik, Rabu (1/12/2023).