Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksi dapat menyentuh level 8.100 pada semester II/2024 sejalan dengan katalis pendorong yang datang dari pelonggaran kebijakan moneter dan kejelasan hasil pemilihan umum (Pemilu).
Head of Research Team Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy mengatakan pihaknya masih memberikan pandangan bullish terhadap IHSG yang diyakini mampu menguat ke level 7.200 pada akhir tahun ini.
Pada perdagangan Selasa (28/11), IHSG ditutup menguat 0,39% ke level 7.041,07. Dengan begitu, indeks komposit sudah naik 4,28% sepanjang 1-28 November 2023 atau 2,78% secara year-to-date.
Meneropong arah IHSG 2024, Robertus mengatakan volatilitas tinggi membayangi pasar modal pada paruh pertama tahun depan. Risiko itu dipengaruhi oleh faktor tensi geopolitik, suku bunga acuan yang bertahan di level tinggi, dan ketidakpastian politik dalam negeri sembari menanti pemenang pemilu.
Menurutnya, potensi penguatan indeks komposit terbuka pada semester II/2024. Salah satu faktor yang menjadi katalis positif ialah besarnya potensi pelonggaran kebijakan moneter bank sentral global sehingga dapat memicu iklim investasi yang positif, baik untuk pasar saham maupun pasar obligasi.
Dia menilai kondisi tersebut menjadi peluang untuk memilih strategi investasi yang lebih agresif. Adapun, strategi aset alokasi yang direkomendasikan pada semester II/2024 ialah 60% di blue chips dan saham-saham lapis kedua atau reksa dana indeks, serta 40% produk surat berharga negara (SBN).
Baca Juga
“Kami targetkan IHSG pada 2024 bisa menyentuh 8.100 didasari valuasi fundamental P/E ratio sebesar 14 kali-15 kali dan asumsi EPS growth sebesar 10%-15%,” paparnya dalam Investor Network Summit 2023 bertema Building Sustainable Investment Strategy for Uncertain Times, Selasa (28/11).
Secara sektoral, lanjut Robertus, laju IHSG akan didukung beberapa sektor yaitu perbankan, telekomunikasi, otomotif, dan sektor lain yang terkait barang konsumsi.
Di sektor finansial, Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyoroti saham BBRI dan BBCA. BBCA dinilai memiliki aset berkualitas tinggi dan likuiditas yang kuat, sedangkan BBRI berperan penting dalam meningkatkan penyaluran kredit mikro dan ultra mikro.
“Kami masih optimistis dengan sektor otomotif, tetapi tetap hati-hati karena ada tekanan inflasi dan faktor kenaikan suku bunga. Di sisi lain, peluang kenaikan penjualan mobil dan motor pada 2024 masih terbuka,” imbuhnya.
Adapun di sektor consumer goods dan ritel, Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyukai ACES dan MAPI karena diproyeksi dapat menangkap peluang kenaikan daya beli segmen menengah atas. Selain itu, AMRT yang didukung jaringan minimarket Alfamart yang mencapai lebih dari 18.000 gerai dan HOKI yang gencar diversifikasi produk juga direkomendasikan untuk dicermati investor.
__________________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.