Bisnis.com, JAKARTA - Pembentukan PalmCo oleh BUMN Grup PTPN diperkirakan dapat mempercepat program hilirisasi sekaligus mengoptimalkan penghiliran produk berbahan baku kelapa sawit.
Ujang Sehabudin, Ekonom Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University, mengatakan pada dasarnya pembentukan PalmCo adalah untuk meningkatkan skala usaha perkebunan sawit, sehingga secara teori akan mendapatkan economies of scale.
Dalam jangka panjang, ujarnya, PalmCO akan menurunkan biaya produksi (decreasing cost), sehingga tentunya dapat meningkatkan penerimaan (increasing return). Kondisi ini tentunya akan mendorong peningkatan potensi profit perusahaan yang pada gilirannya akan meningkatkan devisa negara.
“PalmCo juga dapat mengoptimalkan potensi PTPN Group yang selama ini belum tergarap,” paparnya, Senin (27/11/2023).
PalmCo merupakan sub holding PTPN Group yang direncanakan dibentuk khusus untuk mengelola komoditas kelapa sawit. Oleh karena itu, PalmCo dapat mengelola hilirisasi produk turunan sawit PTPN yang selama ini masih terfokus pada minyak goreng hampir 60%, sedangkan produk turunan lainnya belum disentuh dengan serius.
Selain pada produk tradisional, seperti minyak goreng, menurutnya, hilirisasi juga diarahkan ke industri turunan lainnya yang memiliki nilai tambah lebih, seperti bioetanol dan produk kesehatan/kosmetik, termasuk biomas yang belum disentuh.
Baca Juga
Dari sisi pemasaran produk, selama ini negara tujuan pasar ekspor masih fokus ke pasar tradisional, sedangkan pasar lainnya belum digarap dengan serius. Hal ini, menurutnya, menjadi potensi bisnis besar bagi PalmCo ke depan.
Menurut Ujang Sehabudin, bisnis sawit yang dilakukan PTPN Group selama ini belum terintegrasi dari hulu-hilir atau masih partial. Hal ini menjadi salah satu kendala bagi PTPN Group dalam merespons dan beradaptasi dengan kebijakan Pemerintah maupun kondisi pasar yang bergerak begitu cepat dan dinamis, terutama soal hilirisasi.
Padahal, jelasnya, prasayarat dan kunci keberhasilan hilirisasi adalah efisiensi. Untuk itulah, dia mengapresiasi adanya upaya transformasi yang dilakukan BUMN perkebunan dengan rencana merampingkan organisasi yang gemuk menjadi sebuah sub holding yang terintegrasi.
“PalmCo diarahkan menjadi terintegrasi, sehingga rantai nilai yang diperoleh bisa menjadi lebih besar. Struktur organisasi yang gemuk dirampingkan, mindset harus diubah dari orientasi pelayanan menjadi orientasi bisnis yang terintegrasi,” jelas Ujang Sehabudin.
Dia memaparkan pembentukan PalmCo dapat melakukan efisiensi dari semua aspek, terutama aspek manajemen maupun operasional. Upaya peningkatan efisiensi, antara lain bisnis yang dilakukan PalmCO harus terintegrasi dari hulu-hilir.
Untuk mendukung kinerja PalmCo, Ujang Sehabudin menilai Pemerintah harus memberikan insentif bagi perusahaan yang mengembangkan produk turunan sawit, selain minyak goreng. Contohnya, dalam bentuk pengurangan atau pembebasan pajak ekspor atau bunga rendah untuk investasi.
Di sisi lain, dia mengingatkan bahwa PalmCo memiliki banyak tantangan dalam mencapai semua target itu, antara lain perlunya perubahan pola fikir (mindset) manajemen dan karyawan PalmCo dari fixed mindset ke growth mindset.
Selain itu, perlu perubahan orientasi produksi menjadi orientasi bisnis/pasar, dari orientasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif.