Bisnis.com, JAKARTA – Emiten konstruksi BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) membidik pertumbuhan kontrak baru sekitar 5%-10% pada tahun depan. Target tersebut akan terpengaruh oleh anggaran belanja infrastruktur Indonesia yang juga naik pada 2024.
Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson mengakui bahwa tahun politik atau periode pemilihan umum (Pemilu) 2024 dapat berimbas kepada penurunan omzet kontrak baru. Di sisi lain, pernyataan Kementerian Keuangan mengenai naiknya anggaran infrastruktur dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024 masih memberikan optimisme manajemen ADHI.
“Kami menganggarkan pertumbuhan 5-10% dengan komposisi utamanya proyek-proyek besar, termasuk berasal dari Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), atau dari pengelolaan air,” kata Entus saat Public Expose Live 2023, Senin (27/11/2023).
Sebagai informasi, ADHI berhasil mengantongi nilai kontrak baru sebesar Rp30,3 triliun sampai dengan Oktober 2023. Jumlah tersebut telah melewati target yang ditetapkan ADHI sepanjang tahun ini sebesar Rp27 triliun.
Realisasi kontrak ADHI per Oktober 2023 juga mencerminkan pertumbuhan 58% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp19,1 triliun.
Dalam public expose, Entus tidak menjelaskan detail target nilai kontrak tahun depan secara rinci. Namun, jika menggunakan asumsi nilai kontrak Oktober 2023 saja dan target pertumbuhan 5%-10%, maka ADHI berpotensi membidik nilai kontrak baru sekitar Rp31,81 triliun hingga Rp33,33 triliun pada 2024.
Baca Juga
Menurut Entus, perolehan kontrak baru 2023 yang melampaui target memberikan keuntungan, karena setidaknya perseroan dapat memiliki tabungan kontrak carry over yang cukup untuk digarap atau diproduksi pada 2024-2025.
Entus menambahkan perseroan juga membidik sejumlah proyek Ibu Kota Negara (IKN) yang akan dilelang tahun depan. Hal ini diharapkan bisa berkontribusi terhadap kinerja perseroan, di tengah tantangan global seperti kenaikan suku bunga bank sentral dunia.
Secara rinci, kontribusi lini bisnis dari kontrak baru ADHI hingga Oktober lalu didominasi oleh lini engineering & construction sebesar 92%, manufaktur mencapai 3% dan sisanya merupakan lini bisnis lain yang digarap perseroan.
Berdasarkan sumber pembiayaannya, sebanyak 27% berasal dari pemerintah, kemudian 27% bersumber dari BUMN dan BUMD, luar negeri sebesar 13%, sementara swasta dan pihak lainnya menyumbang 33%.
Beberapa kontrak baru yang diraih ADHI, antara lain, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas di Tobelo dan Sumbawa, Pabrik PUSRI IIIB Palembang, akses Jalan Jetty Kawasan Industri Terpadu Batang, dan Stadion Utama PON di Sumatera Utara.
Dari sisi kinerja keuangan, ADHI meraih pendapatan sebesar Rp11,44 triliun hingga kuartal III/2023. Capaian ini membuat laba bersih perseroan tumbuh 11,94% secara tahunan.