Bisnis.com, JAKARTA – Emiten konstruksi pelat merah PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) mengumumkan telah membayar pokok Obligasi Berkelanjutan III Adhi Tahap I 2020 senilai Rp289,6 miliar, yang jatuh tempo pada 18 November 2023.
Corporate Secretary Adhi Karya Farid Budiyanto menyampaikan sumber dana yang digunkan perseroan untuk pembayaran obligasi tersebut berasal dari kas internal perusahaan.
"Pemenuhan pembayaran obligasi ini merupakan bukti tanggung jawab ADHI kepeada para pemegang obligasi dalam melunasi surat utang secara tepat waktu dalam rangka melakukan optimaliasi kinerja ADHI,” ujar Farid dalam surat kepada Bursa Efek Indonesia, dikutip Selasa (21/11/2023).
Sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) telah menyematkan peringkat idA- untuk obligasi milik ADHI yang akan jatuh tempo pada November 2023.
ADHI memiliki utang dari Obligasi Berkelanjutan III Adhi Tahap I 2020 yang terbit pada 18 November 2020. Obligasi ini memiliki nilai pokok Rp289,6 miliar dengan jangka waktu tiga tahun, dan suku bunga tetap 9,75% serta pembayaran bunga setiap kuartal.
“ADHI akan melunasi seluruh obligasi yang jatuh tempo tersebut dengan menggunakan campuran dana internal, termasuk uang tunai pengumpulan dari pembayaran proyek, serta sumber pendanaan eksternal,” tulis Pefindo.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Bisnis, obligasi berkelanjutan tersebut dijamin dengan seluruh harta kekayaan ADHI, baik yang bergerak maupun tidak bergerak.
Perseroan menyampaikan sekitar 50 persen dari dana obligasi ini digunakan untuk belanja modal berupa aset tetap, dan penyertaan proyek investasi infrastruktur, baik Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan pemerintah ataupun non-PSN dengan pihak swasta.
“Sebesar 30,83 persen digunakan untuk refinancing dan sisanya untuk modal kerja proyek Lintas Rel Terpadu [light rail transit/LRT] dan proyek infrastruktur lainnya,” tertulis dalam laporan keuangan konsolidasi perseroan.
Hingga semester I/2023, Adhi Karya mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp6,35 triliun atau naik 0,45% year-on-year (YoY). Pendapatan tersebut ditopang segmen investasi dan konsesi yang melesat 45,82 persen YoY menjadi Rp398,62 miliar.
Selain itu, pendapatan usaha yang bersumber dari manufaktur mencapai Rp454,96 miliar atau tumbuh 21,05% YoY. Capaian ini diikuti segmen properti dan pelayanan yang turut membukukan kenaikan sebesar 25,88 persen menjadi Rp303,53.
Dari pos pendapatan ini, tercatat hanya segmen teknik dan konstruksi yang mengalami pelemahan sebesar 1,33 persen secara tahunan menjadi Rp5,19 triliun pada semester I/2023.