Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Dorong Industri Pinjol Cari Pendanaan Melalui IPO Tahun Depan

OJK menyampaikan akan mendorong perusahaan pinjol untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana (initial public offering).
Ilustrasi bunga pinjaman online (pinjol). Freepik
Ilustrasi bunga pinjaman online (pinjol). Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan akan mendorong perusahaan pinjol atau financial technology peer-to-peer (fintech P2P) lending untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham sebagai salah satu opsi pendanaan.

Kepala Departemen Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Edi Setijawan mengatakan sejauh ini sebagian besar sumber pendanaan perusahaan fintech masih berasal dari investor korporasi, sehingga OJK mendorong fintech untuk meraih pendanaan dari investor ritel.

“Tentunya kalau kita lihat investornya fintech itu banyaknya masih korporasi langsung ya, investornya masih dari korporasi. Tentu kalau mereka masuk ke pasar modal lebih bagus lagi," ujar Edi saat ditemui di sela-sela acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2024 pada Kamis, (23/11/2023).

Perlu diketahui, mengacu POJK Nomor 10 Tahun 2022 perusahaan fintech wajib memiliki ekuitas atau modal minimum sebesar Rp2,5 miliar pada 2023. Aturan modal minimum itu pun naik secara bertahap menjadi sebesar Rp7,5 miliar pada 2024, dan meningkat menjadi Rp12,5 miliar pada 2025.

Namun di sisi lain, berdasarkan data per 31 Agustus 2023, dari 101 penyelenggara fintech P2P lending, masih ada 27 yang belum memenuhi ketentuan pemenuhan ekuitas minimum sebesar Rp2,5 miliar.

"Kita kan sudah mencanangkan modal minimumnya di tahun ini itu kan Rp2,5 miliar ya, tahun depan sudah Rp7,5 miliar. Jadi itu yang harus dipenuhi oleh para pemilik P2P lending ini," kata dia.

Sejauh ini, sudah ada beberapa perusahaan fintech yang melantai di Bursa melalui IPO, di antaranya yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk. (CASH), dan PT Hansei Davest Indonesia Tbk. (HDIT).

“Artinya dalam konteks ini ya, untuk mengembangkan permodalan dari sisi platform sendiri akan meningkatkan tata kelolanya kalau mereka mau go public, boleh,” pungkas Edi.

Sebagai informasi, OJK mencatat hingga September 2023, kinerja industri fintech P2P lending menunjukkan kinerja pertumbuhan yang baik. Outstanding pembiayaan yang disalurkan fintech P2P lending tumbuh sebesar 14,28% secara year-on-year (yoy), dengan nominal pembiayaan sebesar Rp55,70 triliun. 

Pertumbuhan tersebut juga diikuti dengan kualitas risiko pembiayaan yang terjaga dengan Tingkat Wanprestasi (TWP 90) 2,82%. Dari jumlah tersebut, porsi yang disalurkan kepada UMKM mencapai 36,57%. Penyaluran pembiayaan fintech P2P lending kepada UMKM tersebut menunjukkan besarnya potensi kebutuhan pembiayaan dari UMKM nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper