Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas global melonjak usai laporan kenaikan klaim pengangguran di Amerika Serikat (AS) memunculkan peluang bank sentral AS (The Fed) menghentikan laju kenaikan suku bunganya.
Pada perdagangan kemarin, Kamis (16/11/2023), harga emas di pasar spot ditutup melonjak 1,11% di posisi US$1.980,85 per troy ons. Hari ini, Jumat (17/11/2023) pukul 14.20 WIB, harga emas di pasar spot naik 0,11% ke US$1.938,14 per troy ons.
Analisis dari Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan, kenaikan harga emas kemarin menjadi lonjakan yang tertinggi dalam pekan ini. Hal itu memperlihatkan bagaimana respons pasar terhadap perkembangan ekonomi AS.
"Kenaikan harga emas lebih dari 1% pada perdagangan kemarin disebabkan penurunan dolar dan imbal hasil Treasury, usai klaim pengangguran mingguan AS naik lebih tinggi dari perkiraan. Sehingga, menimbulkan potensi The Fed untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga," jelasnya.
Adapun data klaim pengangguran AS yang dirilis kemarin, untuk pekan yang berakhir pada 11 November 2023, naik 13.000 menjadi 231.000. Angka itu menjadi yang tertinggi dalam 3 bulan dan dianggap sebagai indikator PHK pada minggu tertentu.
Di sisi lain, jumlah orang yang mengumpulkan tunjangan pengangguran ikut naik selama 8 minggu beruntun, mencapai angka tertinggi dalam 7 bulan, yakni 1,83 juta. Peningkatan klaim pengangguran yang berkelanjutan, menandakan masyarakat AS butuh waktu lebih lama untuk mendapatkan pekerjaan baru.
Baca Juga
Faktor lain yang menjadi tren positif bagi emas adalah penurunan harga produsen AS yang mencapai level terendah dalam 3,5 tahun pada Oktober. Begitupun inflasi AS yang melandai ke 3,2% secara tahunan atau year-on-year (YoY) pada Oktober. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan bulan September, sebesar 3,7% (YoY).
Fischer berpendapat, herga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan berimbas pada menguatnya dolar AS dan imbal hasil Treasury AS. Dengan begitu, emas akan menjadi sulit dibeli dan kurang menarik. Namun, kondisi suku bunga AS yang stabil dapat mendukung harga emas.
Pergerakan harga emas (XAUUSD) kemarin malam menunjukkan tren kenaikan. Namun, Fischer memprediksi, harga emas kemungkinan akan mengalami penurunan dalam waktu dekat. Hal tersebut mungkin menjadi reaksi pasar terhadap faktor-faktor ekonomi, terutama ketidakpastian terkait klaim pengangguran dan kebijakan suku bunga AS.
“Meskipun ada potensi penurunan dalam jangka pendek, prospek jangka panjang untuk harga emas tetap positif. Kenaikan yang terjadi baru-baru ini mungkin menjadi indikator bahwa mata uang dolar AS kemungkinan akan mengalami penurunan dalam jangka panjang,” papar Fischer.
Selain itu, Shutdown Government AS juga menjadi salah satu faktor pendorong. Meskipun belum pasti akan shutdown, dampak kenaikan harga emas jelang akhir tahun kemungkinan besar akan tetap terjadi.
Dengan kondisi ekonomi AS yang sedikit melambat, investor emas semakin yakin bahwa The Fed akan menjaga suku bunga tetap tidak berubah, dan hal itu dapat memperkuat posisi emas sebagai aset yang menarik. (Daffa Naufal Ramadhan)