Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (14/11): Batu Bara Kembali Memerah, Emas Tunggu Data Inflasi AS

Harga batu bara melemah setelah menguat tiga hari berturut-turut, sedangkan harga emas menanti data inflasi AS.
Tumpukan batu bara di dekat Train Loading Station (TLS) milik PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) di Muara Enim, Sumatra Selatan. PTBA menargetkan produksi batu bara hingga 37 juta ton pada tahun 2022 mendatang./Bisnis - Aprianto Cahyo Nugroho
Tumpukan batu bara di dekat Train Loading Station (TLS) milik PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) di Muara Enim, Sumatra Selatan. PTBA menargetkan produksi batu bara hingga 37 juta ton pada tahun 2022 mendatang./Bisnis - Aprianto Cahyo Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara melemah setelah menguat selama empat hari berturut-turut. Sementara itu, harga emas juga menunggu data inflasi AS.

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Desember 2023 melemah -2,32% atau -3 poin ke level US$126,5 per metrik ton pada Senin (13/11/2023).

Kemudian, batu bara ICE Newcastle kontrak November 2023 juga melemah -1,01% atau -1,25 poin ke level US$122 per metrik ton.

Mengutip Bloomberg, Selasa (14/11) produksi batu bara AS diperkirakan akan menurun 18% pada 2024, menjadi penurunan signifikan pertama sejak pandemi lantaran perusahaan utilitas beralih dari bahan bakar fosil. 

Menurut Administrasi Informasi Energi AS, diperkirakan batu bara hanya menyuplai 15% listrik negara pada 2024. Angka tersebut turun dari pangsa batu bara sebesar 20% pada tahun 2022.

Kemudian, menurut laporan Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), pada 2024 lonjakan pembangkit listrik bersih akan terjadi di China akan mengurangi emisi karbon, sehingga Negeri Tirai Bambu diperkirakan berada pada jalur penurunan yang berkelanjutan. 

Analis utama dari CREA, Lauri Myllyvirta juga menuturkan bahwa Instalasi pembangkit listrik tenaga surya, angin, nuklir dan hidro tahun ini akan menghasilkan listrik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di seluruh Perancis. 

Jumlah tersebut akan lebih dari cukup untuk memenuhi permintaan listrik baru di China, sehingga negara ini tidak terlalu bergantung pada batu bara dan emisi yang dihasilkannya.

Namun, menurutnya penurunan penggunaan batu bara tergantung pada kemampuan China untuk mempertahankan tingkat penggunaan energi bersih tahun ini dalam menghadapi kendala grid dan tentangan politik dari lobi batu bara.

"Jika kepentingan batu bara gagal untuk menghentikan ekspansi kapasitas tenaga angin dan matahari di Cina, maka pertumbuhan energi rendah karbon akan cukup untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat setelah tahun 2024," ujar Myllyvirta.

Harga Emas

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas spot melemah -0,02 % atau -0,46 poin ke US$1,946 per troy ounce pada pukul 7.04 WIB. Kemudian harga emas Comex kontrak Desember 2023 menguat 0,02% atau 0,30 poin ke US$1,950 per troy ounce.

Mengutip Reuters, Selasa (14/11/2023) Harga emas bertahan stabil pada hari Senin karena investor menantikan data utama inflasi AS yang akan dirilis minggu ini yang dapat memberikan petunjuk mengenai sikap suku bunga Federal Reserve (The Fed). 

Data indeks harga konsumen (IHK) AS akan dirilis pada Selasa hari ini (14/11). Menurut survei, IHK inti AS dari bulan ke bulan diperkirakan meningkat 0,3% di bulan Oktober 2023, dengan kenaikan dari tahun ke tahun sebesar 4,1%. 

Menurut ahli strategi pasar senior di RJO Futures, Bob Haberkorn, jika data menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, emas kemungkinan akan turun karena akan meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga kembali. 

"Tetapi, jika datanya sesuai, emas akan diperdagangkan di kisaran US$1.950,” jelasnya.

Meskipun emas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi, suku bunga yang lebih tinggi mengurangi daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Menurut CME FedWatch, pasar saat ini memperkirakan kemungkinan sebesar 86% bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunganya tidak berubah pada pertemuan bulan Desember 2023. 

Emas sendiri merosot hampir 3% minggu lalu lantaran  permintaan safe-haven yang didorong oleh konflik di Timur Tengah mereda. Sementara pejabat The Fed tidak yakni atas suku bunganya masih cukup tinggi untuk mengakhiri peperangan melawan inflasi. 

Goldman Sachs mengatakan bahwa dalam jangka pendek minat investor untuk menambah posisi akan bergantung pada sejauh mana eskalasi [geopolitik], tetapi [emas] akan menghadapi hambatan dari kenaikan suku bunga riil AS yang tinggi. 

"Secara taktis, kami akan melihat potensi aksi jual dalam emas sebagai peluang pembelian karena kami melihat lingkungan dengan saluran risiko yang meningkat ke depan memainkan kualitas lindung nilai emas,” jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper