Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Akhir Pekan Melemah ke Rp15.695, Mata Uang Asia Berguguran

Rupiah ditutup lesu ke level Rp15.695 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat, (10/11/2023). Seluruh mata uang Asia terpantau melemah pada sore ini.
Karyawati menghitung mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menghitung mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup lesu ke level Rp15.695 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat, (10/11/2023), atau melemah selama empat hari beruntun pada pekan ini. Seluruh mata uang Asia terpantau berguguran dengan mencatatkan pelemahan pada sore ini.

Berdasarkan data Bloomberg dikutip Jumat, (10/11/2023) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,26% atau 40 poin ke level Rp15.695 per dolar AS, setelah ditutup lesu pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau menguat tipis ke posisi 105,90 pada sore ini.

Seluruh mata uang Asia terpantau melemah terhadap dolar AS pada sore ini. Misalnya, yen Jepang melemah 0,03%, dolar Hongkong dan dolar Singapura masing-masing melemah 0,01%, dolar Taiwan turun 0,29%, dan won Korea anjlok 0,54%.

Selanjutnya, peso Filipina melemah 0,17%, rupee India terkoreksi 0,14%, yuan China turun 0,10%, ringgit Malaysia turun 0,28%, dan baht Thailand melemah 0,32%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed memberikan isyarat untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut, berkaca pada kondisi inflasi yang tinggi.

"Prospek suku bunga AS yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama menjadi pertanda buruk bagi mata uang Asia, karena kesenjangan antara imbal hasil yang berisiko dan yang berisiko rendah semakin menyempit," ujar Ibrahim dalam riset, Jumat, (10/11/2023).

Selain itu, kekhawatiran atas perlambatan ekonomi China juga mengurangi sentimen terhadap Asia, menyusul serangkaian data yang lemah pada Oktober 2023. Meskipun data tersebut meningkatkan harapan akan langkah-langkah stimulus lebih lanjut dari Beijing.

Dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan pemerintah Indonesia perlu menjaga momentum pulihnya permintaan domestik pascapandemi, di tengah kondisi ketidakpastian global akibat konflik di Timur Tengah.

Meski demikian, menurutnya pertumbuhan ekonomi RI tetap kuat pada kuartal III/2023 ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 5,06% year-on-year (yoy), seiring dengan kenaikan mobilitas yang terus berlanjut, daya beli masyarakat yang stabil, serta keyakinan konsumen yang masih tinggi.

Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2023 tetap pada kisaran 4,5% hingga 5,3%.

"Untuk perdagangan Senin [12/11] pekan depan, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp15.680- Rp15.770," pungkas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper