Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah 3 Hari Beruntun, Investor Waswas Ekonomi RI Melambat

Nilai tukar rupiah ditutup melemah ke level Rp15.655 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis, (9/11/2023).
Karyawati menghitung mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menghitung mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup lesu ke level Rp15.655 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis, (9/11/2023), atau melemah tiga hari beruntun pada pekan ini. Adapun, mata uang Asia lainnya terpantau bervariasi, namun dolar AS justru terkoreksi.

Berdasarkan data Bloomberg dikutip Kamis, (9/11/2023) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,03% atau 5 poin ke level Rp15.655 per dolar AS, setelah ditutup lesu pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau melemah 0,05% ke posisi 105,54 pada sore ini.

Beberapa mata uang Asia lainnya masih kebal terhadap dolar AS. Misalnya, yen Jepang menguat 0,06%, dolar Hongkong menguat 0,07%, dolar Singapura naik tipis 0,01%, won Korea naik 0,04%, peso Filipina menguat 0,30%, dan baht Thailand menguat 0,10%.

Sementara itu, mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS yakni dolar Taiwan melemah 0,06%, rupee India turun tipis 0,01%, yuan China melemah 0,13%, dan ringgit Malaysia terkoreksi 0,11%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dinamika perlambatan ekonomi dan meningkatnya risiko ketidakpastian pasar keuangan global berdampak cukup signifikan pada hampir seluruh negara emerging market, termasuk Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2023 tercatat 4,94%. Ekonomi Indonesia melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,17%, terutama akibat menurunnya kinerja ekspor barang dan jasa.

"Tren perlambatan global diperkirakan berlanjut dan berpotensi menyeret pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2023 kembali berada di bawah 5%, sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 berisiko di bawah 5%," ujar Ibrahim dalam riset, Kamis, (9/11/2023).

Selain itu, lanjutnya, dampak El Nino yang telah mendorong kenaikan inflasi volatile food akibat naiknya harga beras juga perlu diwaspadai. Dia bilang, guna menjaga pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 sebesar 5%, maka pemerintah akan fokus menjaga daya beli masyarakat.

Dari sentimen global, sejumlah pejabat Bank Sentral AS The Fed memperingatkan minggu ini bahwa suku bunga AS akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, dan bahwa pasar harus berhati-hati dalam bertaruh pada penurunan suku bunga lebih awal.

Di Asia, China kembali melakukan disinflasi, namun tanda-tanda perselisihan ekonomi lainnya di China menjadi beban terbesar di pasar Asia, karena data pemerintah China menunjukkan bahwa inflasi konsumen dan produsen menyusut pada Oktober 2023.

Menurutnya, lemahnya ekonomi China juga menjadi pertanda buruk bagi pasar Asia yang lebih luas, mengingat ketergantungan pada Negeri Tirai Bambu sebagai mitra dagang.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp15.640- Rp15.740," pungkas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper