Bisnis.com, JAKARTA — Sukuk Tabungan seri ST011 dan telah terjual sekitar Rp2,42 triliun selama empat hari penawaran, dengan total kuota awal sebesar Rp8 triliun. Adapun, ST011 diluncurkan dalam dua seri yakni ST011-T2 tenor dua tahun, dan ST011-T4 tenor empat tahun.
Berdasarkan data salah satu mitra distribusi Investree per Kamis, (9/11/2023) pukul 11.00 WIB, secara rinci, ST011-T2 telah terjual sebesar Rp1,53 triliun dari target Rp5 triliun. Artinya, ST011-T2 telah terjual 30,75% dari target.
Selanjutnya, penjualan ST011-T4 telah terjual sebanyak Rp885,21 miliar dari target sebesar Rp3 triliun. Alhasil, Sukuk Tabungan bertenor empat tahun itu telah terjual 29,51% dari target.
Sebagai informasi, DJPPR Kemenkeu resmi menerbitkan menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ritel terakhir di tahun 2023, yakni Sukuk Tabungan seri ST011 dengan masa penawaran mulai 6 November 2023 hingga 6 Desember 2023.
Adapun, Sukuk Tabungan seri ST011-T2 dengan tenor dua tahun, imbal hasil (kupon) minimalnya 6,30% per tahun, dengan tanggal jatuh tempo pada 10 November 2025.
Sementara itu, ST011-T4 dengan tenor 4 tahun, memiliki imbal hasil (kupon) minimalnya 6,50% per tahun. Tanggal jatuh tempo jatuh pada 10 November 2027.
Baca Juga
Ditinjau prospeknya, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, potensi permintaan ST011 masih sangat baik, didukung besaran kupon yang relatif lebih tinggi dibandingkan beberapa seri SBN/SBSN terakhir.
Namun, perlu dicermati bahwa ST011 memiliki karakteristik tidak dapat diperdagangkan atau dialihkan (non-tradeable), berbeda dengan Obligasi Negara Ritel (ORI). Sehingga menurutnya permintaan ST011 akan lebih rendah dibandingkan ORI024.
"Berbeda dengan ORI yang tradeable, sehingga walau permintaan ST011 masih baik, tetapi akan lebih rendah dibanding ORI," ujar Ramdhan kepada Bisnis, dikutip Kamis, (9/11/2023).
Lebih lanjut dia mengatakan, ST011 tenor dua tahun akan lebih diminati, walau tingkat kupon ST011 tenor empat tahun lebih tinggi. Sebab, pasar obligasi RI juga masih dipengaruhi oleh sentimen global seperti ketidakpastian suku bunga maupun imbal hasil obligasi.
Senada, CEO Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan prospek ST011 masih cukup baik dengan tingkat kupon yang relatif menarik, terutama untuk investor yang mencari investasi jangka pendek.
"Terkait potensi permintaan ST011 oleh investor dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Salah satunya adalah suku bunga yang ditawarkan, yaitu sekitar 6,3%-6,5%, akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi minat investor," ujar Guntur kepada Bisnis.
Selain itu, menurutnya ada berbagai faktor yang memengaruhi gejolak di pasar SBN Indonesia, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan ke 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Oktober 2023. Sedangkan dari global, Bank Sentral AS Federal Reserve masih memproyeksikan kenaikan suku bunga hingga akhir tahun, kendati Fed Fund Rate (FFR) masih ditahan di kisaran 5,25%-5,5%.
Mengacu data Investing, yield SBN acuan 10 tahun turun 0,10% ke level 6,83% pada Kamis, (9/11/2023). Sedangkan US Treasury Yield tenor 10 tahun naik 0,26% ke level 4,50% hari ini.
"Selain itu, faktor-faktor seperti kondisi ekonomi, tingkat inflasi, dan stabilitas mata uang juga akan berperan dalam menentukan minat investor terhadap ST011," pungkas Guntur.