Bisnis.com, JAKARTA - Induk PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG), Bersama Digital Infrastructure Asia Pte. Ltd. (BDIA) berencana untuk melakukan penawaran tender sukarela atau voluntary tender offer sebanyak-banyaknya 1 miliar saham yang mewakili 4,42% jumlah seluruh saham TBIG. Analis melihat aksi voluntary tender offer ini dapat memberikan dorongan bagi saham TBIG.
Investment Analyst Stockbit Arvin Lienardi dan Hendriko Gani dalam risetnya mengatakan harga dari voluntary tender offer ini berpotensi memberikan upside sebesar 11,6% dari harga saham TBIG pada penutupan bursa di Selasa (7/11/2023) pada harga Rp2.060 per saham. Sebagaimana diketahui, BDIA akan memberikan harga penawaran sebesar Rp2.300 per saham dalam aksi tender offer ini.
"Saat ini, jumlah saham TBIG yang beredar di masyarakat adalah 3,32 miliar saham atau setara 14,6% kepemilikan, sehingga saham yang di-tender offer sekitar 30% dari jumlah saham beredar di masyarakat," kata Arvin dan Hendriko, dikutip Rabu (8/11/2023).
Sementara itu, Analis CGS-CIMB Sekuritas Bob Setiadi dan Genie Purnamasari mencermati pada penawaran tender sukarela TBIG sebelumnya, TBIG mengumumkan tender offer serupa untuk membeli 10,97% saham dengan harga Rp3.200 per saham.
"Selama tender offer sukarela sebelumnya, kami melihat harga saham TBIG naik 12% selama periode penawaran tender offer sukarela, yakni pada 22 Juni 2022 hingga 22 Juli 2022," tulis Bob dan Genie dalam risetnya, dikutip Rabu (8/11/2023).
Untuk tender offer sukarela kali ini, periode penawaran akan dimulai pada 14 Desember 2023, dan ditutup pada 12 Januari 2024.
Baca Juga
Namun, lanjutnya, harga saham TBIG turun 10% dalam satu bulan setelah tanggal ex-tender offer sukarela, yakni pada 26 Juli 2022 hingga 26 Agustus 2022.
Sebagai informasi, sebelumnya BDIA juga pernah melaksanakan tender offer TBIG sebanyak 2,48 miliar saham atau setara 10,97% persen kepemilikan dengan harga Rp3.200 per saham pada Juli 2022.
Adapun CGS CIMB Sekuritas masih mempertahankan rating hold terhadap saham TBIG, dengan target price (TP) sebesar Rp2.200. Menurut CGS-CIMB Sekuritas, risiko penurunan terhadap saham TBIG muncul dari penurunan cepat dalam tarif sewa bulanan menara dan penambahan penyewa yang lebih lambat, setelah konfigurasi jaringan Indosa Ooredoo Hutchison.
"Peluangnya adalah percepatan impelementasi aset serat optik dan penurunan lebih lanjut dalam biaya pendanaan," ucapnya.
Adapun sepanjang perdagangan hari ini, saham TBIG diperdagangkan pada zona hijau di rentang Rp2.060-Rp2.110 per saham.