Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak WTI Turun di Bawah US$80 Per Barel, OPEC+ Perpanjang Pembatasan

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Desember 2023 melemah -2.29% menjadi US$78,97 per barel pada pukul 20:26 WIB.
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak menurun lantaran prospek permintaan yang tak pasti. Saat yang sama pasar energi menunggu kepastian kebijakan bank sentral Amerika Serikat yakni The Fed telah menyelesaikan pengetatannya. 

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (7/11/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Desember 2023 melemah -2,29% menjadi US$78.97 per barel pada pukul 20:26 WIB. Kemudian, harga minyak Brent kontrak Januari 2024 melemah -2,30% atau 0,94 poin ke US$84,24 per barel.

Pemimpin OPEC+ mengumumkan bahwa mereka akan memperpanjang pembatasan pasokan minyak lebih dari 1 juta barel per hari hingga akhir tahun. 

Kemudian, pasar keuangan  yang lebih luas menurun dan nilai dolar menguat setelah seorang pejabat Federal Reserve mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengumumkan kemenangan atas inflasi.

Konflik di Timur Tengah juga belum mengancam pasokan minyak dari Timur Tengah, yang merupakan sumber sekitar sepertiga minyak dunia. 

Sementara itu, Arab Saudi dan Rusia menjaga pasokan dengan ketat dalam menghadapi prospek permintaan yang goyah, terutama di China selaku importir terbesar dan Eropa.

"Pasar benar-benar mengabaikan risiko gangguan yang berasal dari peningkatan risiko geopolitik," jelas pakar strategi komoditas di ANZ Group Holdings Ltd, Daniel Hynes, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (7/11).

Namun, menurutnya hanya ada sedikit perubahan pada data fundamental untuk memberikan panduan mengenai pasar fisik pada saat ini.

Menurut Wood Mackenzie Ltd, lemahnya pertumbuhan ekonomi Eropa membebani manufaktur, dan mengurangi permintaan solar dan nafta. 

Kemudian, menurut  konsultan industri OilChem, di China, perusahaan penyulingan minyak milik negara mungkin terpaksa mengurangi tingkat operasi karena turunnya margin.

Data resmi menunjukkan bahwa impor minyak mentah China meningkat pada bulan Oktober 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 

Angka-angka dari AS pada Selasa (7/11) mungkin akan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang permintaan, dengan American Petroleum Institute yang didanai oleh industri akan memberikan estimasi persediaan dan Energy Information Administration (EIA) akan memberikan prospek energi bulanannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper