Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat ke Level Rp15.917 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka menguat ke level Rp15.917 pada perdagangan hari ini, Senin (30/10/2023).
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka menguat level Rp15.917 pada perdagangan hari ini, Senin (30/10/2023) meski terjadi penguatan dolar AS.

Rupiah dibuka naik 0,13% atau 21,5 poin ke Rp15.917 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,05% ke 106,61.

Bersamaan dengan rupiah, beberapa mata uang kawasan Asia Pasifik dibuka melemah. Mata uang yang dibuka melemah tersebut di antaranya adalah yen Jepang melemah 0,03%, dan rupee India melemah 0,02%. 

Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia dibuka menguat seperti dolar Singapura naik 0,05%, dolar Taiwan naik 0,03%, peso Filipina naik 0,12%, yuan China naik 0,01%, ringgit Malaysia naik 0,43%, dan baht Thailand naik 0,21%. 

Sebelumnya, Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan pasar masih berekspektasi tingkat suku bunga masih ditahan di level yang sama yakni 5,25%-5,5% mengenai keputusan Fed bulan depan. Namun, rupiah masih berisiko melemah terhadap dolar AS. 

"Rupiah masih bergerak melemah di sekitaran Rp15.900 terhadap dolar AS di pekan ini. Ini mengindikasikan pelemahan rupiah masih terbuka, demikian juga potensi pelemahan ke area Rp16.000," ujar Ariston.

Meski demikian, para pejabat The Fed sebelumnya mengatakan tingkat imbal hasil obligasi AS yang tinggi sudah membantu menahan laju kenaikan harga-harga. Hal ini menurutnya belum memerlukan kenaikan suku bunga lagi. US Treasury Yield tenor 10 tahun berada di level 4,84% pada Jumat, (27/10/2023). 

Selain itu, Ariston juga mengatakan sentimen pekan depan dari Negeri Paman Sam juga akan dirilis data-data ekonomi penting yang bisa menggerakkan dolar AS seperti data tenaga kerja, data indeks aktivitas bisnis AS.

"Pasar juga masih mempertimbangkan isu pelambatan ekonomi global. Data-data ekonomi dari Eropa seperti data inflasi dan PDB, serta data dari China yaitu indeks aktivitas manufaktur akan memberikan gambaran mengenai pelambatan ekonomi global. Isu ini bisa menekan aset berisiko seperti rupiah," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper