Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas dan minyak mentah melemah bersama saham-saham di Bursa Asia termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan karena masih tingginya risiko konflik yang lebih luas di Timur Tengah.
Mengutip Bloomberg, Senin (23/10/2023), harga minyak mentah tergelincir di bawah US$87 per barel, sementara emas turun dari level tertinggi dalam lima bulan menjadi sekitar US$1.970 per troy ounce karena Israel menunda serangan daratnya ke Gaza di tengah upaya untuk menjamin pembebasan lebih banyak sandera.
Kontrak berjangka AS hari ini menguat di Asia setelah S&P 500 turun lebih dari 1 persen pada Jumat (20/10/2023). Harga obligasi pemerintah AS jatuh, mengurangi reli pada akhir pekan lalu.
Pasar mulai mengurangi eksposur pada aset safe-haven sejak minggu lalu setelah Hamas membebaskan dua sandera AS dan bantuan mulai mengalir ke Gaza melalui perbatasan Mesir pada akhir pekan. Namun, Israel tetap meningkatkan serangan udara di Gaza sebagai persiapan menghadapi tahap selanjutnya pada konflik dengan Hamas, dan juga menjadi peringatan bahwa kelompok Hizbullah berisiko menyeret Lebanon ke dalam perang regional yang lebih luas.
“Ini adalah contoh dari perdagangan sesi Senin lalu ketika kita melihat sebagian penurunan arus safe-haven menjelang akhir pekan,” kata Tony Sycamore, analis IG Australia di Sydney.
Adapun saham-saham China menyeret pasar Asia lebih jauh ke zona merah. Kekhawatiran di sektor properti terus berlanjut dan kepercayaan diri terpuruk setelah Beijing meluncurkan serangkaian investigasi terhadap Foxconn Technology Group, mitra terpenting Apple Inc. dan salah satu perusahaan terbesar di negara tersebut. Indeks ekuitas Asia MSCI tergelincir 0,6%, dan Shanghai Composite turun 0,8%.
Baca Juga
Di pasar mata uang, yen sempat melemah melampaui 150 per dolar pada Senin pagi, tingkat yang diawasi ketat untuk kemungkinan intervensi oleh otoritas Jepang untuk mendukung mata uang tersebut. Para pejabat Bank of Japan sedang mempertimbangkan apakah akan mengubah pengaturan kendali kurva imbal hasil mereka pada pertemuan kebijakan minggu depan, surat kabar Nikkei melaporkan pada Minggu (22/10/2023), tanpa mengatakan dari mana mereka memperoleh informasi tersebut.
“Pasar kembali waspada terhadap kemungkinan intervensi BOJ. Yen kemungkinan akan tetap berada di bawah tekanan minggu ini karena kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun, di tengah meningkatnya spekulasi pengetatan kebijakan BoJ,” tulis ahli strategi Commonwealth Bank of Australia termasuk Joseph Capurso dalam sebuah catatan kepada kliennya
Pasar global telah terguncang dalam beberapa pekan terakhir dengan meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS dan meningkatnya kekhawatiran mengenai kenaikan suku bunga dalam jangka waktu yang lebih lama.
Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland Loretta Mester mengatakan bank sentral AS hampir menyelesaikan kampanye pengetatan jika perekonomian berkembang seperti yang diharapkan.
S&P 500 pada Jumat sempat merosot di bawah rata-rata pergerakan 200 hari – dipandang oleh beberapa analis sebagai sinyal bearish – dan Indeks Volatilitas Cboe, yang dikenal sebagai “pengukur rasa takut” VIX Wall Street, melonjak ke level tertinggi sejak Maret 2023.
Minggu ini, para investor akan menganalisis petunjuk mengenai prospek suku bunga global dengan pembacaan inflasi di Australia dan Jepang serta data aktivitas ekonomi di AS dan Eropa. Ketua Fed Jerome Powell akan memberikan sambutan dan Bank Sentral Eropa akan menyampaikan keputusan kebijakan akhir pada minggu ini.