Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan IHSG Ngos-ngosan Tembus 7.000, Siapa Biang Keroknya?

IHSG digadang-gadang sulit menembus 7.000 pada akhir 2023 karena terhambat sederet faktor baik dari dalam maupun luar negeri.
Karyawati beraktivitas di dekat layar pergerakan saham pada salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Senin (16/10/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di dekat layar pergerakan saham pada salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Senin (16/10/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) diramal sulit menembus level psikologis 7.000 lantaran dipengaruhi oleh sejumlah sentimen baik internal maupun eksternal.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan bahwa perlunya mencermati arah rupiah dan aliran dana asing untuk memprediksi kondisi IHSG pada kuartal IV/2023.

Menurutnya, pembalikan dana asing di pasar modal pada Agustus 2023 dan net sell di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dalam kurun tiga bulan terakhir muncul sebagai pemicu pelemahan rupiah secara cukup dalam. Pada saat bersamaan, situasi eksternal juga berada dalam kondisi tidak baik, mulai dari konflik geopolitik, kenaikan suku bunga, hingga iklim.

Selain itu, sampai dengan akhir tahun, kondisi dalam negeri juga mulai memasuki proses penyelenggaran pemilihan presiden dengan hasil yang baru akan diumumkan pada 2024.  

“Kami memprediksi sampai akhir tahun potensi IHSG untuk bisa berada di atas 7.000 menjadi berat, level IHSG di akhir tahun 2022 sebesar 6.850 akan menjadi target moderat untuk akhir tahun ini,” ujar Alfred kepada Bisnis dikutip Minggu (22/10/2023).

Dia menambahkan bahwa keputusan Bank Indonesia (BI) untuk kembali mengerek suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) diharapkan menjadi tenaga bagi rupiah untuk terapresiasi, setelah mengalami koreksi dalam kurun 2 bulan terakhir.

“Priode 8 bulan 2023 terlihat optimisme pasar yang masih kuat melihat kinerja rupiah yang menguat, inflasi, net buy asing, surplus neraca dagang, dan PDB, meskipun terjadi eskalasi konflik dan kenaikan suku bunga yang meningkatkan risiko ketidakpastian global,” ucapnya.

Rapat Dewan Gubernur BI pada pekan lalu telah menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 0,25 basis poin menjadi 6% atau setelah bertengger di level 5,75% selama 8 bulan beruntun.

Keputusan menaikan suku bunga acuan bertujuan memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global, serta sebagai langkah preemptive dan forward looking.

Sementara itu, sepanjang perdagangan pekan lalu yakni 16-20 Oktober 2023, IHSG tercatat anjlok 1,12% menuju level 6.849,16 dari pekan sebelumnya yakni 6.926,78. 

Adapun, kapitalisasi pasar Bursa naik sebesar 0,55% menjadi Rp10.62 triliun dari Rp10.56 triliun pada pekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian Bursa juga meningkat 16,82% menjadi Rp11,81 triliun dari Rp10,11 triliun pada penutupan pekan lalu.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper