Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Sektor Saham Defensif saat Suku Bunga Acuan BI Naik

Sejauh ini, sektor saham kesehatan dinilai menjadi salah satu sektor yang defensif dalam merespons kebijakan kenaikan suku bunga acuan BI.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) menjadi 6 persen pada Kamis (19/10/2023). Sekalipun kebijakan moneter ini dinilai berdampak terhadap seluruh sektor saham, namun masih ada beberapa sektor saham yang cenderung defensif. 

Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada periode 18-19 Oktober 2023 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan (BI7DRR) 25 basis poin ke level 6 persen. Sementara di luar negeri, menurut survei, lebih dari 80 persen ekonom memprediksi bahwa bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan tetap mempertahankan suku bunganya.

The Fed melalui Federal Open Market Committee (FOMC) pada pertemuan 31 Oktober-1 November 2023, diprediksi mempertahankan suku bunga di kisaran 5,25—5,50 persen.

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus mengatakan kenaikan suku bunga acuan BI akan menimbulkan turunnya tingkat konsumsi, nilai investasi, daya beli, serta pendapatan perusahaan. Kini, kurs rupiah pun sudah berada di level Rp15.800 yang artinya terdapat capital outflow.

“Kenaikan suku bunga akan menurunkan nilai investasi, khususnya di aset-aset yang berisiko. Semua sektor saham berisiko, tapi sebetulnya yang mesti diperhatikan adalah sektor mana yang defensif. Sejauh ini, sektor healthcare adalah salah satu sektor yang defensif.” kata Nico kepada Bisnis, Jumat (20/10/2023). 

Selain healthcare, sektor perbankan juga defensif, tetapi ada yang perlu diperhatikan. Ketika suku bunga naik, tentu net interest margin (NIM) akan bertambah. Namun, pertumbuhan kreditnya pasti akan berkurang, karena cost of fund-nya tinggi.

“Hal itu harus menjadi perhatian untuk melihat bank mana yang mampu tetap menyalurkan kreditnya. Tentu, bank-bank buku IV, di mana mereka punya segmentasi customer-nya sendiri.” tambah Nico.

Dihubungi secara terpisah, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani berpendapat bahwa kenaikan tingkat suku bunga acuan berimbas negatif pada semua sektor saham. Sehingga tidak ada sektor saham yang diuntungkan.

“Ini melawan ekspektasi pasar. Di mana pasar memperkirakan BI akan mempertahankan tingkat suku bunga di level 5,75 persen.” kata Arjun kepada Bisnis, Kamis (19/10/2023).

Kenaikan suku bunga berdampak negatif ke pasar, hal tersebut terlihat dari indeks yang turun kemarin, Kamis (19/10/2023) karena berita yang mengejutkan.

“Kalau tingkat suku bunga naik, semua sektor mendapat dampak yang negatif, karena semua butuh utang. Sehingga semua berimbas.” ungkap Arjun.

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang mengatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan masuk ke dalam kategori systematic risk. Artinya, risiko atau dampaknya menyeluruh ke semua sektor, sehingga tidak ada sektor yang diuntungkan dengan adanya kenaikan suku bunga ini.

“Sektor yang paling rentan pastinya yang sensitif dengan suku bunga, yaitu perbankan dan properti.” ujar Alrich kepada Bisnis, Jumat (20/10/2023).

Adapun Alrich merekomendasikan sejumlah saham untuk jangka pendek. Di antaranya adalah saham-saham yang defensif seperti TLKM dengan target harga di level Rp3.850, MAPI di level Rp1.990, dan INDF di level Rp6.900. (Daffa Naufal Ramadhan)

_________________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper