Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York berakhir hijau pada perdagangan Senin (9/10/2023) waktu setempat karena pernyataan pejabat Bank Sentral Federal Reserve memperkuat spekulasi bahwa mereka akan menahan diri untuk tidak menaikkan suku bunga tahun ini.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (10/10/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,59 persen atau 197,07 poin ke 33.604,65, S&P 500 menguat 0,63 persen atau 27,16 poin ke 4.335,66, dan Nasdaq menanjak 0,39 persen atau 52,90 poin ke 13.484,24.
S&P 500 menghapus penurunan karena Wakil Ketua Fed Philip Jefferson mengatakan para pejabat berada dalam posisi untuk melanjutkan kebijakan dengan hati-hati, setelah kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS baru-baru ini.
Sebelumnya, Presiden Fed Bank of Dallas Lorie Logan mengatakan kenaikan suku bunga obligasi jangka panjang AS baru-baru ini mungkin dapat diartikan berkurangnya kebutuhan bagi bank sentral untuk melakukan pengetatan lagi.
“Skenarionya telah berubah. Peluang untuk melakukan pengetatan lagi telah menurun drastis sejak hari Jumat,” kata Andrew Brenner dari NatAlliance Securities.
Pada akhir minggu lalu, para pedagang telah meningkatkan taruhan terhadap kenaikan suku bunga The Fed lagi tahun ini karena data menunjukkan lapangan kerja di AS secara tak terduga melonjak pada bulan September.
Baca Juga
Perusahaan energi memimpin kenaikan S&P 500 karena harga minyak mentah AS sempat mencapai US$87 per barel. Saham Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp naik 2,7 persen. Saham-saham perusahaan pertahanan menguat, dengan Northrop Grumman Corp. menguat terbesar sejak Maret 2020 dan Lockheed Martin Corp. menguat 8,9 persen. Adapun saham American Airlines Group Inc. dan Delta Air Lines Inc. turun lebih dari 4 persen.
Saham perusahaan Israel Teva Pharmaceutical Industries Ltd. dan Check Point Software Technologies Ltd. tergelincir di perdagangan AS. Mata uang shekel Israel turun bahkan setelah bank sentral setempat meluncurkan program dukungan senilai US$45 miliar.
Kepala Investasi Amerika UBS Global Wealth Management Solita Marcelli menilai konflik terbaru di Timur Tengah terjadi saat kekhawatiran geopolitik sedang berlangsung, dan pasar juga menghadapi periode pertumbuhan ekonomi global yang melambat.
“Dengan latar belakang ini, kami tetap memilih fixed income dibandingkan saham. Kami melihat profil risk-reward yang lebih baik untuk pendapatan tetap, dan kami merekomendasikan investor untuk mempertimbangkan membeli obligasi berkualitas tinggi dengan rentang jatuh tempo 5-10 tahun. Kami memperkirakan penurunan inflasi lebih lanjut dan pertumbuhan global yang lebih lambat,” kata Marcelli.
Risiko berikutnya terhadap saham-saham AS bisa datang dari kendala kebijakan fiskal pada saat The Fed masih berjuang melawan inflasi yang tinggi, menurut Michael Wilson dari Morgan Stanley.
Michael merupakan salah satu analis yang paling menyuarakan pendapat bearish di Wall Street. Ia mengatakan meskipun pemerintah AS nyaris menghindari penutupan atau government shutdown pada minggu lalu, kurangnya struktur jangka panjang yang tangguh dan mendukung disiplin fiskal dapat berdampak pada pasar keuangan.
Wakil Ketua BlackRock Inc. Philipp Hildebrand mengatakan Dana Moneter Internasional (IMF) harus menyusun diskusi minggu ini seputar realitas ekonomi baru, di mana bank sentral kurang mampu mendukung pertumbuhan dengan memotong suku bunga.