Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diramal menguat terbatas pada pekan depan, setelah melemah 0,74 persen selama 2 – 6 Oktober 2023. Harga komoditas global dan nilai tukar rupiah menjadi sentimen yang masih dicermati oleh investor.
“Kami perkirakan penguatan IHSG akan cenderung terbatas pada pekan depan, paling tidak menguji ke area 6.950 terlebih dahulu,” ujar Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana saat dihubungi Bisnis pada Jumat (6/10/2023).
Menurutnya, investor masih akan mencermati rilis data perekonomian Amerika Serikat (AS). Data tersebut diperkirakan memberikan pengaruh terhadap sikap Federal Reserved atau The Fed yang sejauh ini masih cenderung hawkish.
The Fed dalam beberapa kesempatan memang memberikan sinyal untuk mengerek kembali suku bunga agar inflasi mengenai sasaran 2 persen. Bank sentral AS tersebut juga berharap Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dapat meningkatkan suku bunga lebih lanjut.
Sentimen lainnya datang dari nilai tukar rupiah dan harga komoditas dunia. Rupiah diperkirakan masih dibayangi pelemahan, sementara komoditas global seperti harga minyak masih berada dalam jalur penurunan meski sempat naik pada pekan lalu.
“Harga komoditas dunia secara tidak langsung juga mempengaruhi emiten-emiten yang berhubungan, di mana sektor energi pun bobotnya cukup besar di IHSG,” pungkasnya.
Baca Juga
Pekan ini, IHSG diperkirakan akan diwarnai oleh aksi pencatatan perdana saham emiten Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) yang dijadwalkan pada Senin, 9 Oktober 2023.
Sementara itu, pecahnya perang Israel vs Palestina mulai Sabtu (7/10/2023) juga diprediksi akan berpengaruh terhadap harga komoditas seperti minyak mentah, dan merembet ke bursa-bursa global.
Pada pekan lalu atau selama periode 2 – 6 Oktober 2023, IHSG turun 0,74 persen menjadi posisi 6.888,518 dari sebelumnya berada di level 6.939,892. Penurunan pada indeks komposit ikut berdampak pada nilai transaksi saham para investor.
Rata-rata nilai transaksi harian Bursa pekan ini turun 11,72 persen menjadi Rp10,32 triliun. Perubahan juga terjadi pada rata-rata volume transaksi harian Bursa, yaitu sebesar 26,10 persen menjadi 18,12 miliar lembar saham dari 24,52 miliar lembar saham pada sepekan yang lalu.
Akibatnya kapitalisasi pasar Bursa pekan ini mengalami koreksi 0,32 persen menjadi sebesar Rp10.255 triliun dari Rp10.288 triliun pada pekan sebelumnya.
Tekanan kepada indeks komposit juga berasal dari investor asing yang mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp26,88 miliar pada Jumat (06/10/). Hal ini berdampak pada akumulasi sepanjang 2023, yang membuat investor asing mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp5.249 triliun.
Di sisi lain terjadi, peningkatan sebesar 2,55 persen terjadi pada rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa selama sepekan menjadi 1.235.080 kali transaksi dari 1.204.385 kali transaksi pada penutupan pekan yang lalu.