Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi melanjutkan tren pelemahan menuju Rp15.700 per dolar AS karena The Fed masih hawkish terkait kebijakan suku bunga.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan Kamis (5/10/2023) dan ditutup melemah pada rentang Rp15.620 hingga Rp15.700 per dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 54 poin atau 0,36 persen menuju level Rp15.634 per dolar AS pada Rabu (4/10/2023). Adapun indeks dolar AS ikut turun 0,03 persen ke 106,97 pukul 15.00 WIB.
Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia mayoritas ditutup melemah. Won Korea, semisal, melemah 0,19 persen, yuan China menguat 0,19 persen, dan rupee India melemah 0,05 persen. Selanjutnya ringgit Malaysia melemah 0,19 persen dan baht Thailand turun 0,11 persen.
Ibrahim Assuaibi mengatakan investor mulai mengantisipasi kebijakan moneter restriktif dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal ini dikarenakan ketahanan ekonomi yang luas, sehingga makin memperkuat posisi greenback di pasar mata uang global.
“Hal tersebut dibarengi dengan pandangan hawkish dari Federal Reserve dan imbal hasil treasury tertinggi dalam 16 tahun,” ujarnya dalam riset yang dipublikasikan, Rabu (4/10/2023).
Baca Juga
Di sisi lain, kenaikan harga minyak yang tidak terkendali dalam beberapa bulan terakhir turut menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara nonpenghasil minyak. Menurutnya, kondisi tersebut akan membuat perekonomian menghadapi beban berat pada akhir tahun ini.
Dari sisi domestik, Ibrahim memandang pelaku pasar tampak wait and see menunggu kepastian jelang tahun politik. Terlebih, dua dari bakal calon presiden belum mengumumkan siapa yang akan maju sebagai pendamping masing-masing calon.
“Sikap wait and see ini berkaitan erat dengan kebijakan di masa depan. Pelaku pasar perlu mengetahui kebijakan seperti apa yang kira-kira terjadi di Indonesia ke depan dengan melihat bakal calon presiden ataupun memproyeksi siapa calon terkuat,” tuturnya.
Sementara itu, PMI Manufaktur Indonesia pada September 2023 berada di level 52,3 atau turun dari posisi Agustus yang berada di 53,9. Meskipun melemah, PMI manufaktur bulan lalu diklaim masih berada di zona ekspansi karena munculnya permintaan baru dan ekspor yang meningkat.
Secara keseluruhan sentimen bisnis masih terjaga positif pada September 2023 dengan masing-masing indeks yang berada di atas level 50,0. Kendati demikian, pemerintah akan terus memonitor dan memitigasi berbagai risiko dan ketidakpastian global ke depan.
Pengumuman The Fed
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro melihat potensi rupiah akan terus tertekan sepanjang bulan ini, setidaknya hingga pengumuman The Fed pada Federal Open Market Committee (FOMC) 1 November 2023.
Pada pertemuan tersebut, nantinya akan diputuskan naik atau tidaknya fed funds rate (FFR), di mana The Fed diproyeksikan masih akan mengerek sekali lagi suku bunganya tersebut.
“Kalau masih dinaikkan dan masih hawkish, pressure-nya ke mata uang lokal akan tetap besar,” katanya kepada Bisnis, Rabu (4/10/2023).
Mengacu pada catatan Bisnis hari ini, per pukul 15.06 WIB, rupiah tercatat turun 54 poin atau 0,35 persen Rp15.634 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS terkoreksi 0,02 persen ke level 10,976.
Melemahnya rupiah tersebut seiring dengan ekspektasi market akan naiknya FFR pada November mendatang.
Adapun, dengan adanya ekspektasi FFR naik, cenderung mendorong penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Asmo, panggilan akrabnya, mengatakan hal tersebut akan mendorong implikasi di dalam negeri, salah satunya menekan kinerja impor Tanah Air.
“Implikasinya impor semakin mahal, cost of borrowing dan bond yield meningkat,” lanjutnya.
Meski Bank Indonesia (BI) telah melakukan sederet kebijakan untuk menjaga stabilitas rupiah, namun tekanan terhadap capital outflows akan besar dengan kondisi seperti ini.
“Saya rasa BI sudah melakukan intervensi juga di pasar valas, namun memang pressure capital outflows masih besar saat ini,” tuturnya.
Meski demikian, setidaknya dengan sejumlah kebijakan tersebut Asmo melihat bank sentral memiliki tambahan amunisi untuk intervensi pasar valas.
BI setidaknya terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar valas, meningkatkan efektivitas implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) dan melanjutkan penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Pada kesempatan yang berbeda, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengungkapkan bahwa BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR) di level 5,75 persen masih cukup dalam menjaga stabilitas saat ini.
“Kita nggak mainin suku bunga sejak Januari. Sejauh ini kita naikkan 225 bps, ini kami pandang cukup untuk menjaga stabilitas saat ini di inflasi kita tapi di satu sisi cukup untuk mendorong kredit masih bisa tumbuh,” katanya dalam Seminar Nasional dengan tema Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) di Jakarta, Senin (4/10/2023).
Simak pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini secara live.
Pukul 15.00 WIB, rupiah naik 16 poin atau 0,10 persen menjadi Rp15.618 per dolar AS.
Indeks dolar AS terkoreksi 0,03 persen ke level 106,772.
Pukul 13.50 WIB, rupiah naik 26,5 poin atau 0,17 persen menjadi Rp15.607,5 per dolar AS.
Indeks dolar AS terkoreksi 0,10 persen ke level 106,692.
Pukul 12.00 WIB, rupiah naik 33,5 poin atau 0,21 persen menjadi Rp15.600,5 per dolar AS.
Indeks dolar AS turun 0,21 persen ke level 106,573.
Rupiah naik 35 poin atau 0,22 persen menjadi Rp15.599 per dolar AS per pukul 11.10 WIB.
Indeks dolar AS terkoreksi 0,24 persen ke level 106,545.
Pukul 10.00 WIB, rupiah menguat 40 poin atau 0,26 persen menjadi Rp15.594 per dolar AS.
Indeks dolar AS terkoreksi 0,22 persen ke level 106,56.
Rupiah dibuka melonjak 56,5 poin atau 0,36 persen menjadi Rp15.577,5 per dolar AS. Rupiah melaju bersama mata uang Asia lainnya.
Sementara itu, indeks dolar AS terkoreksi 0,21 persen ke level 106,574.