Bisnis.com, JAKARTA – Emiten logam afiliasi Grup Medco dan Salim, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) prediksi serapan belanja modal US$980 juta atau sekitar Rp14,7 triliun (asumsi kurs Rp15.000 per dolar AS) pada 2023.
Hingga semester I/2023, AMMN menyerap capex sebesar US$436 juta (Rp6,54 triliun), dengan rincian belanja modal terkait dengan kebutuhan pembelian alat pertambangan, pembangunan, dan peningkatan fasilitas pendukung untuk kegiatan penambangan bijih Fase 7 dan pengupasan batuan penutup Fase 8 (sustaining capex) sebesar US$132 juta.
Selanjutnya, belanja modal smelter sebesar US$92 juta, perluasan pabrik pengolahan (processing plant) sebesar US$166 juta, dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) dan fasilitas LNG sebesar US$46 juta.
“AMMN diperkirakan akan mengeluarkan belanja modal sebesar US$980 juta pada semester II/2023,” jelasnya.
Sementara itu, untuk pembangunan smelter, AMMN memperkirakam target penyelesaian sebesar di atas 70 persen pada Desember 2023. Setelah penyelesaian mekanis smelter pada bulan Mei 2024 (jika tidak ada force majeure).
“kami akan fokus pada komisioning smelter dan memulai produksi katoda tembaga pertama sekitar 4-5 bulan kemudian,” jelas manajemen AMMN.
Baca Juga
Target 2023
AMMN menargetkan pertumbuhan produksi tembaga dan emas sepanjang tahun 2023 yang diharapkan dapat mendongkrak kinerja keuangan semester II/2023.
Manajemen AMMN menjelaskan sepanjang 2023, pihaknya menargetkan produksi konsentrat sebesar 610.000 metrik ton kering. Sementara itu untuk target produksi tembaga adalah 337 juta pon.
“Sepanjang 2023, AMMN menargetkan produksi emas menjadi 529 kilo ons,” tulis manajemen, dikutip Jumat (29/9/2023).
Sepanjang semester I/2023, Manajemen mengklaim operasi pertambangan AMMN berjalan secara efisien dan berada pada jalur yang tepat untuk menyamai angka total metrik ton yang ditambang pada tahun fiskal 2022, meskipun terdapat beberapa tantangan eksternal.
Dari Oktober 2022 hingga April 2023, tambang Batu Hijau mengalami curah hujan yang sangat tinggi dan belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga menyebabkan tertundanya penambangan bijih segar dari Fase 7. Akibatnya, penambangan dialihkan sepenuhnya ke pengupasan batuan penutup Fase 8, sehingga akan dapat mempercepat akses menuju bijih segar Fase 8 dari jadwal awal.
Setelah musim hujan berlalu dan musim kemarau dimulai, AMMN meningkatkan pemompaan air pit sehingga dapat mengakses bijih Fase 7 dengan kadar tinggi lebih cepat dari rencana awal di Juli 2023.
Pemrosesan tembaga terus berlangsung dengan kapasitas penuh sepanjang semester I/2023, meskipun terjadi penundaan dalam penambangan bijih Fase 7 dan pengapalan produk. AMMN berhasil memproduksi 134 juta pon tembaga dan 172 kilo ons emas.
Sementara itu, untuk penjualan, AMMN mencatatkan penjualan tembaga mencapai 76 juta pon dengan harga jual rata-rata US$4,48 per pon dan penjualan emas sebesar 119 kilo ons dengan harga jual rata-rata US$2,004 per ons.
Di sisi lain, AMMN menganggarkan belanja modal dengan rincian belanja modal berkelanjutan sebesar US$332 juta, smelter dan PMR sebesar US$365 juta, ekspansi pabrik pengolahan sebesar US$469 juta dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap dan fasilitas LNG sebesar US$226 juta.