Bisnis.com, JAKARTA - Emiten logam Grup Medco, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) menargetkan proyek pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) 450 Megawatt (MW) beroperasi pada 2024.
AMMN melalui anak perusahaannya PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) telah melakukan berbagai inisiatif untuk menurunkan emisi karbon dari operasinya, termasuk integrasi pembangkit listrik tenaga surya fotovoltaik (Solar PV) ground mounted sejak Juni 2022, dengan kapasitas puncak 26,8 Megawatt.
Sistem Solar PV ini dapat mengurangi emisi CO2 hingga 40.000 ton per tahun. Selain itu, program lain seperti reklamasi, rehabilitasi daerah aliran sungai (Rehab DAS), dan pengalihan air bersih juga berkontribusi terhadap penyerapan karbon.
Terkini, AMNT sedang mengembangkan PLTGU 450 MW untuk operasional smelter tembaga.
Direktur Utama AMNT Rachmat Makkasau menyampaikan sebagai salah satu produsen tembaga dan emas terbesar di dunia, AMNT berkomitmen menjalankan operasinya dengan praktik penambangan berkelanjutan.
"Saat ini kami sedang membangun PLTGU berkapasitas 450 Megawatt untuk mendukung perluasan operasi kami di lokasi Batu Hijau, yang akan menggunakan sumber energi yang lebih ramah lingkungan, yaitu gas,” jelas Rachmat dalam keterangan resmi, Rabu (20/9/2023).
Baca Juga
Kapasitas PLTGU AMNT akan mencapai hampir tiga kali lebih besar dibandingkan pembangkit listrik yang sudah ada, untuk mendukung operasional fasilitas smelter tembaga dan pemurnian logam mulia, perluasan pabrik pengolahan (processing plant), dan penambangan Fase 8. PLTGU ini ditargetkan beroperasi pada tahun 2024.
Pembangunan seluruh proyek ekspansi di lokasi Batu Hijau menegaskan komitmen AMMN dalam mendukung agenda hilirisasi industri pertambangan Indonesia yang dituangkan dalam UU Minerba.
AMNT juga telah menandatangani perjanjian pendahuluan (head of agreement/ HOA) dengan Pertamina pada Rabu (20/9/2023). Tujuannya ialah memastikan pasokan liquified natural gas (LNG) untuk PLTGU milik AMNT.
Operasional PLTGU untuk mendukung kebutuhan energi atas operasional smelter tembaga yang dibangun oleh anak perusahaan AMMN, yakni PT Amman Mineral Industri (AMIN).
HOA antara AMNT dan Pertamina akan memastikan pasokan LNG PLTGU AMNT untuk operasional smelter tembaga dan pemurnian logam mulia, perluasan pabrik pengolahan, dan penambangan Fase 8.
Penandatanganan Perjanjian Pendahuluan dilakukan oleh Direktur Utama AMNT Rachmat Makkasau, dan Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, Salyadi, pada acara International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) ke-4 di Bali Nusa Dua Convention Center.
Rachmat Makkasau menjelaskan kemitraan strategis dengan Pertamina yang didukung SKK Migas merupakan langkah penting untuk membantu AMNT semakin menurunkan emisi karbonnya.
Sementara itu, Amman Mineral Industri (AMIN) berdiri pada tanggal 24 Maret 2009 dan merupakan perusahaan yang melakukan pembangunan fasilitas pemurnian konsentrat tembaga (smelter) dan pemurnian lumpur anoda (precious metals refinery – PMR), yang berlokasi di dekat area tambang Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat.
Saat ini, AMIN masih dalam tahap pembangunan fasilitas, termasuk pengadaan, pemasangan peralatan, dan persiapan lain yang diperlukan untuk kegiatan fasilitas pengolahan dan pemurnian, dan belum melakukan kegiatan komersialnya.
Proyek smelter dan PMR ini termasuk salah satu Proyek Strategis Nasional di bawah koordinasi Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Keberadaan fasilitas ini akan dapat turut menggerakan industri hilir sehingga dapat semakin mendorong pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal maupun nasional.
Proyek Smelter
PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) terus mengupayakan pembangunan smelter tembaga dengan nilai investasi hingga US$3 miliar pada 2024 mendatang.
Smelter yang dibangun melalui anak usaha AMMN, PT Amman Mineral Industri (AMIN) akan memiliki kapasitas awal 900.000 ton konsentrat tembaga per tahun dan akan mengolah konsentrat tembaga dari tambang Batu Hijau dan proyek Elang.
Direktur Amman Mineral Internasional Alexander Ramlie menegaskan bahwa Perseroan serius menggarap smelter dengan investasi lebih dari US$3 miliar yang termasuk untuk membangun smelter, process plant, dan power plant baru.
Smelter tersebut akan menghasilkan 222.000 ton katoda tembaga, 830.000 ton asam sulfat dengan konsentrasi 98,0 persen.
Sementara itu, untuk pemurnian logam mulia, smelter tersebut juga akan menghasilkan 18 ton emas batangan dengan kemurnian emas 99,9 persen, 55 ton perak batangan dengan kemurnian perak 99,9 persen, dan logam mulia lainnya.
"Smelter ini dibangun sebagai upaya Perseroan dalam mendukung program hilirisasi pemerintah. Dengan pengolahan konsentrat tembaga yang dilakukan di dalam negeri, Perseroan memberikan nilai tambah bagi produk, untuk Indonesia," papar Alexander dalam paparan publik, Rabu (31/5/2023).