Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diprediksi berfluktuasi namun akan ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (29/9/2023) di tengah kekhawatiran investor akan kebijakan suku bunga The Fed.
Pada perdagangan Rabu (27/9/2023), rupiah melemah 0,19 persen ke level Rp15.520,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS stagnan pada level 106,23.
Bersamaan dengan rupiah, dolar Singapura melemah 0,03 persen, won Korea Selatan melemah 0,05 persen, ringgit Malaysia melemah 0,32 persen, dan baht Thailand turun 0,40 persen.
Sementara itu, mata uang Asia lainnya seperti yen Jepang naik 0,03 persen, dolar Hong Kong naik 0,01 persen, peso Filipina naik 0,07 persen, rupee India naik 0,02 persen, dan yuan China naik 0,05 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS bergerak stabil pada hari Rabu lalu, mendekati level tertinggi baru dalam 10 bulan di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga AS. Sementara itu, euro dan poundsterling jatuh ke posisi terendah dalam enam bulan.
Menurut Ibrahim, sentimen datang dari nada hawkish dalam pertemuan Federal Reserve baru-baru ini telah dikonfirmasi oleh para pejabat Fed dalam beberapa hari terakhir, karena menandai kemungkinan bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut setelah menghentikan siklus kenaikan suku bunga pada minggu lalu.
Baca Juga
Hal ini membuat imbal hasil obligasi AS melonjak dalam beberapa hari terakhir karena para pedagang menyesuaikan diri dengan kondisi moneter yang tetap ketat lebih lama dari perkiraan semula.
Sementara itu, dari dalam negeri kenaikan harga minyak mentah dunia akibat dihentikannya ekspor bensin dan solar dari Rusia ke Eropa dan Inggris membuat harga bensin dan solar terus mengalami kenaikan. Dengan musim dingin yang akan datang sebentar lagi, hal tersebut membuat harga-harga komoditas lainnya ikut merangkak naik dan akan berdampak ke inflasi inti.
"Begitu pula Indonesia yang masih impor minyak mentah, sehingga kebutuhan dolar untuk impor minyak mentah tersu meningkat akibat penguatan dolar," kata Ibrahim dalam risetnya belum lama ini.
Di sisi lain pemerintah mengantisipasi permintaan dolar yang cukup besar di akhir kuartal III/2023, di mana banyak perusahaan yang listing di Bursa, baik perusahaan BUMN maupun swasta haru membagikan dividen ke investor.
Periode pencairan dividen setiap tahunnya biasanya terjadi pada Mei dan September 2023. Permintaan dolar AS di dalam negeri akan meningkat 1-2 bulan sebelum pencairan dividen.
"Ini juga yang menjadi alasan rupiah berada dalam tren pelemahan hingga saat ini," ujarnya.
Adapun Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini, tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.510-Rp15.580.
Rupiah menguat 0,17 persen atau 26,50 poin ke level Rp15.493,50 per dolar AS pada 12.47 WIB.
Adapun indeks dolar AS melemah 0,18 persen atau 0,29 poin ke 106,03.
Rupiah menguat 0,14 persen atau 22,50 poin ke level Rp15.497,50 per dolar AS pada 11.09 WIB.
Adapun indeks dolar AS melemah 0,16 persen atau 0,17 poin ke 106,06.