Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kuartal IV/2023 berpotensi tembus 7.000 berkat momentum windows dressing.
Menuju akhir tahun 2023, sejumlah sentimen mempengaruhi pergerakan saham. Dari luar negeri, The Fed masih mempertahankan sikap hawkish dengan kemungkinan tingkat suku bunga lanjutan akan mengalami kenaikan. Dari dalam negeri, langkah menuju Pemilu semakin dekat, di mana pendaftaran capres dan cawapres 2024 akan segera dilaksanakan pada 19-25 Oktober 2023.
Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus menyampaikan bahwa target IHSG di akhir tahun 2023 berada di level 7.120-7.180.
“IHSG kami sudah revisi di 7.120-7.180 untuk akhir tahun, dengan tingkat probabilitas 55 persen.” ujar Nico kepada Bisnis, Rabu (27/9/2023).
Nico mengatakan, terdapat beberapa katalis positif yang dapat mendorong pergerakan IHSG sampai akhir tahun. Di antaranya adalah ruang kenaikkan tingkat suku bunga yang mulai terbatas atau mungkin berakhir pada tahun ini, pendaftaran capres dan cawapres 2024, serta jelang pemilu pada bulan Desember 2023. Selain itu, konsumsi dan daya beli yang terjaga serta fundamental yang kuat.
Sementara itu, katalis negatif antara lain harga minyak yang bergejolak hingga akhir tahun dan harga energi yang naik menyebabkan inflasi. Dengan tingginya Inflasi, tingkat suku bunga kembali tinggi, dampaknya kurang baik terhadap pasar.
Baca Juga
Di sisi lain, ekonomi global sedang mengalami perlambatan. Ditambah, akan adanya kenaikkan tingkat suku bunga lanjutan dari The Fed. Tingkat suku bunga The Fed naik, Bank Indonesia (BI) pun akan terkena dampaknya. Kenaikkan tingkat suku bunga tersebut akan menurunkan daya beli dan konsumsi, serta investasi.
Berdasarkan katalis-katalis di atas, Nico menjelaskan bahwa sangat besar potensi terjadi window dressing di tahun ini, yakni strategi yang digunakan oleh manajer investasi atau emiten dalam mempercantik portofolio dan laporan keuangan mereka. Biasanya, hal tersebut akan semakin menarik perhatian investor-investor.
“Potensinya (window dressing) besar sekali. Kami yakin, fundamental Indonesia yang kuat, fiscal berjalan yang sehat, terjaganya daya beli dan konsumsi, pertumbuhan kredit yang masih bertumbuh, terjaganya kinerja perusahaan dalam negeri telah membuat peluang terjadinya window dressing," kata Nico.
Nico menambahkan, dengan adanya pendaftaran calon wakil presiden dan calon presiden, hal tersebut memberikan peluang pasar akan mencoba mengalami kenaikkan. Dengan catatat, calon tersebut disukai oleh pelaku pasar dan investor, serta mampu menjaga jalannya program dan membuat program yang lebih baik.
Rekomendasi saham Nico dari sektor perbankan adalah BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI. Selanjutnya dari sektor Consumer Non-Cyclical ada INDF dan ICBP. Sementara itu ada EXCL, TLKM, dan JSMR dari sektor Infrastructure, serta MEDC, INDY, dan ENRG dari sektor Energy. (Daffa Naufal Ramadhan)
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.