Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Longsor ke 6.923 Diseret Big Caps saat Bursa Karbon Diresmikan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 74 poin atau 1,07 persen ke posisi 6.923 diseret oleh saham-saham big caps pada hari ini, Selasa (26/9/2023).
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 74 poin atau 1,07 persen ke posisi 6.923 diseret oleh saham-saham big caps pada hari ini, Selasa (26/9/2023).

Indeks komposit mengalami penurunan karena ditekan oleh 410 saham yang terkoreksi sampai dengan sore ini. Di sisi lain, hanya ada 136 saham yang menguat dan 212 saham yang stagnan tidak mampu membendung penurunan IHSG.

Beberapa saham berkapitalisasi jumbo pun terpantau mengalami koreksi. Diantaranya adalah saham BBRI yang anjlok 1,89 persen, BBCA 0,56 persen dan BMRI 1,25 persen.

Selain saham perbankan, saham yang memiliki korelasi dengan bursa karbon pun justru mengalami kontraksi. Misalnya adalah saham PGEO 7,48 persen, ADRO 6,10 persen, dan BRPT 8,81 persen.

Sementara itu, saham yang terafiliasi dengan Grup Salim dan Aguan yakni PANI tetap menguat 2,61 persen. Ada pula saham unggas, yakni CPIN naik 8,15 persen dan saham JPFA menguat 6,8 persen.

Kendati mengalami pelemahan, transaksi harian IHSG mencatatkan nilai Rp12,36 triliun dengan jumlah frekwensi mencapai 1,41 juta kali. Adapun pada awal perdagangan sejatinya indeks komposit sempat menguat ke 7.019 sebelum akhirnya tersungkur.

Sebelumnya, Tim Financial Expert Ajaib Sekuritas sebelumnya mengatakan IHSG diprediksi bergerak mixed dalam range 6.970–7050 pada perdagangan hari ini.

Adapun sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain, dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Agustus 2023 tumbuh sebesar 5,9 persen yoy atau setara Rp8.363,2 triliun, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 6,4 persen yoy. Pertumbuhan M2 pada Agustus 2023 dipengaruhi oleh akselerasi penyaluran kredit yang tercatat tumbuh 8,9 persen yoy, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 8,4 persen yoy.

Dari mancanegara, rilis awal PMI Composite versi S&P Global di Amerika Serikat (AS) berada pada level 50,1 pada September 2023, sedikit lebih rendah dari level 50,2 pada bulan Agustus 2023. Data tersebut menunjukkan stagnasi yang lebih luas dalam aktivitas sektor swasta, sekaligus melanjutkan penurunan dalam empat bulan beruntun.

Dari sisi manufaktur, indeks PMI tercatat sebesar 48,9 pada September 2023, naik dari bulan sebelumnya sebesar 47,9. Meskipun mengalami perbaikan, industri manufaktur AS masih di level kontraksi. Dari Asia, Indeks Harga Konsumen (CPI) di Singapura meningkat menjadi 114,30 poin pada bulan Agustus dari 113,31 poin pada bulan Juli 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper