Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 1 persen lebih pada perdagangan Selasa (26/9/2023) bersama dengan kejatuhan Bursa Asia.
Pukul 15.50 WIB, IHSG turun 1,02 persen atau 71,28 poin menjadi 6.927,09. Sepanjang sesi hari ini, IHSG bergerak di rentang 6.913-7.019,55.
IHSG yang menguat awal perdagangan bersama dengan peluncuran perdana Bursa Karbon IDX Carbon oleh Presiden Jokowi tak mampu mempertahankan keunggulannya.
Bersama IHSG, Hang Seng anjlok 1,48 persen, Nikkei 225 turun 1,11 persen, Shanghai Composite turun 0,43 persen.
Mengutip Reuters, Imbal hasil Treasury AS mencapai puncak baru dalam 16 tahun pada hari Selasa, menjaga dolar mendekati level tertinggi 10 bulan. Hal ini terjadi karena investor merespons pesan dari Federal Reserve dan bank sentral utama lainnya bahwa suku bunga kemungkinan akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
"Saham-saham acuan di Asia-Pasifik merosot seiring dengan melemahnya emas, ekuitas Eropa juga diperkirakan melemah, sementara minyak mentah terus turun dari level tertingginya dalam 10 bulan," mengutip Reuters.
Baca Juga
Ahli strategi Westpac melihat risiko cenderung mengarah pada imbal hasil yang lebih tinggi dalam waktu dekat, sehingga mendukung dolar. Bahkan dolar AS berpotensi menuju level 107,20.
Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun naik ke 4,566 persen, tingkat yang belum pernah terlihat sejak Oktober 2007.
Indeks dolar AS – yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang utama negara maju, termasuk euro dan yen – naik 0,09 persen menjadi 106,04, setelah mencapai 106,10 semalam untuk pertama kalinya sejak 30 November.
Para trader sekarang memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed lagi sebesar seperempat poin pada bulan Januari, dan telah mendorong kemungkinan dimulainya penurunan suku bunga hingga musim panas.
Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan pada hari Senin bahwa inflasi yang tetap berada di atas target bank sentral sebesar 2 persen tetap merupakan risiko yang lebih besar dibandingkan kebijakan ketat Fed yang memperlambat perekonomian lebih dari yang diperlukan.
Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan kenaikan suku bunga lebih lanjut mungkin diperlukan mengingat ketahanan ekonomi AS yang mengejutkan.
Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Inggris juga menggembar-gemborkan suku bunga yang lebih tinggi dalam pertemuan kebijakan sejak pertengahan bulan.
Kinerja ekonomi AS yang relatif lebih baik – dengan semakin banyaknya investor yang bertaruh pada soft landing sementara pertumbuhan di zona euro dan Inggris mengalami stagnasi – telah memperkuat dolar terhadap mata uang tersebut.