Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Karbon Indonesia telah resmi diluncurkan pada hari ini, Selasa (26/9/2023) oleh Presiden Joko Widodo, sementara itu saham-saham yang diproyeksi akan diuntungkan seperti PGEO justru kompak memerah pada penutupan perdagangan sesi I hari ini.
Berdasarkan data RTI Business pukul 12.00 WIB, saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO), PT Kencana Energi Lestari Tbk. (KEEN), PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO), PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), PT SLJ Global Tbk. (SULI) dan PT Integra Indocabinet Tbk. (WOOD) kompak bergerak melemah.
PGEO terpantau turun 3,12 persen ke posisi Rp1.555 per saham. PGEO bergerak di level Rp1.530 hingga Rp1.625 pada di sesi I perdagangan. Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp64,37 persen.
Kemudian saham KEEN turun 5,19 persen di level Rp1.005 per saham. Kemudian saham ARKO turun 5,36 persen dan parkir di level Rp795 per saham.
Selanjutnya saham SULI turun 10,55 persen ke posisi Rp178 per saham dan WOOD tergerus 2,94 persen ke posisi Rp462 per saham.
Seperti yang diketahui Jokowi hadir meresmikan bursa karbon pertama di Indonesia tersebut. Menurutnya, keberadaan bursa karbon dapat menjadi langkah konkret untuk mencapai target net zero emission. Apalagi, potensi bursa karbon di Indonesia terbilang cukup tinggi.
Baca Juga
"Jika dikalkulasi, potensi bursa karbon kita bisa mencapai Rp3.000 triliun, bahkan bisa lebih. Sebuah angka yang sangat besar," ujar Jokowi pada Selasa (26/9/2023).
Pada perdagangan perdana Bursa Karbon, Selasa (26/9/2023), BEI mencatat terdapat 13 transaksi dengan jumlah volume emis yang diperdagangkan mencapai 459.914 tCO2e. Selain itu, jumlah pengguna jasa bursa karbon saat ini baru mencapai 16 perusahaan.
Adapun, PT Pertamina Geothermal Tbk. (PGEO) menjadi satu dari dua perusahaan yang telah tercatat selain PT UPC Sidrap Bayu Energi dan PT PJB UP Muara Karang milik PLN. Selain itu, PGEO mendaftarkan kegiatan unit usaha Proyek Lahendong Unit 5 & Unit 6 yang telah berkontribusi atas penurunan karbon sebesar 202.989 ton.
Sementara itu, inisiasi perdagangan karbon tahun ini bakal menyasar pada 99 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang berasal dari 42 perusahaan dengan total kapasitas terpasang 33.569 megawatt (MW).