Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Tersengat Sinyal Kebijakan Hawkish The Fed

Indeks dolar meningkat 0,21 persen menjadi 105,5876 pada akhir perdagangan Jumat (22/9/2023).
Mata uang dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Minggu (9/10/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Mata uang dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Minggu (9/10/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (22/9/2023), usai pejabat bank sentral Negara Paman Sam Federal Reserve atau the Fed menunjukkan sikap hawkish terhadap harapan pasar.

Dilansir Antara, Sabtu (23/9/2023), indeks dolar yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, meningkat 0,21 persen menjadi 105,5876 pada akhir perdagangan Jumat (22/9/2023).

Pada akhir perdagangan New York, dolar AS dibeli 148,3790 yen Jepang, lebih tinggi dari 147,5180 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Euro turun menjadi 1,0648 per dolar AS dari 1,0662 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2242 per dolar AS dari 1,2291 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.

Dibandingkan dengan franc Swiss, dolar AS naik menjadi 0,9067 franc Swiss dari 0,9040 franc Swiss. Lalu, menguat menjadi 1,3471 per dolar Kanada dari sebelumnya 1,3469 dolar Kanada. 

Sementara, dolar AS melemah terhadap mata uang Swedia menjadi 11,1118 per 1 krona, dari sebelumnya 11,1616 krona Swedia.

“Saya terus memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengembalikan inflasi ke 2,0 persen pada waktu yang tepat,” kata Gubernur Federal Reserve Michelle Bowman pada Jumat (22/9/2023).

Menurut perkiraan median yang disampaikan dalam kebijakan proyeksi ekonomi kuartalan pada minggu ini, para pejabat the Fed memperkirakan inflasi akan tetap di atas 2,0 persen hingga setidaknya akhir 2025.

Presiden the Fed Boston Susan Collins juga menyatakan dukungannya pada Jumat (22/9/2023) untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi seiring perjuangan melawan inflasi yang terlalu tinggi terus berlanjut. 

"Saya memperkirakan suku bunga mungkin harus tetap lebih tinggi, dan lebih lama, dibandingkan proyeksi sebelumnya, dan pengetatan lebih lanjut tentu saja tidak mungkin dilakukan," katanya.

Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur S&P Global meningkat menjadi 48,9 pada awal September dari 47,9 pada Agustus, menunjukkan kontraksi yang sedang berlangsung dalam aktivitas bisnis sektor manufaktur dengan laju yang melambat.

Indeks untuk sektor jasa turun tipis menjadi 50,2 dari 50,5 pada periode yang sama, dan PMI gabungan mencapai 50,1, turun sedikit dari 50,2 pada Agustus.

Di Asia, Bank Sentral Jepang (BoJ) mempertahankan suku bunga sangat rendah pada Jumat (22/9/2023) sesuai dengan perkiraan. Gubernur BoJ Kazuo Ueda mengatakan pihaknya belum memperkirakan inflasi akan mencapai target secara stabil dan berkelanjutan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper