Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) resmi meluncurkan sukuk ritel seri SR019 pada Jumat (1/9/2023). Memasuki hari penawaran kesebelas, penjualan SR019 mencapai Rp11,40 triliun.
Mengacu data salah satu mitra distribusi (midis) Investree pada pukul 12.35 WIB, SR019 tenor tiga tahun atau SR019-T3 telah laku terjual sebanyak Rp7,6 triliun dari target penjualan sebanyak Rp10 triliun. Artinya, masih ada sekitar Rp2,38 triliun kuota SR019-T3 yang tersisa di sisa masa penawaran yang tinggal 9 hari lagi.
Di sisi lain, angka penjualan SR019 tenor 5 tahun atau SR019-T5 terpantau lebih rendah dibandingkan dengan sukuk ritel tenor tiga tahun.
Memasuki hari kesebelas penawaran, SR019-T5 baru terjual sebanyak Rp3,7 triliun saja, dari total target penjualan sebanyak Rp10 triliun. Artinya, masih tersisa sekitar Rp6,2 triliun kuota SR019-T5 yang bisa dibeli oleh masyarakat Indonesia pada sisa hari penawaran.
Sebelumnya, masa penawaran SR019 resmi dibuka pada 1 September 2023 dan akan berlangsung hingga 20 September 2023.
Sama seperti sukuk ritel seri SR018, SR019 juga diterbitkan dalam dua seri pada satu waktu yaitu tenor tiga tahun dan lima tahun.
Baca Juga
Keduanya memiliki tingkat kupon yang berbeda, di mana SR019-T3 menawarkan tingkat imbal hasil sebesar 5,95 persen dengan tanggal jatuh tempo pada 10 September 2026, sementara SR019-T5 menawarkan kupon sebesar 6,10 persen dengan tanggal jatuh tempo 10 September 2028.
Investor dapat membeli kedua seri SR019 dengan minimal pemesanan Rp1 juta berlaku kelipatannya dengan maksimal pemesanan sebesar Rp5 miliar untuk SR019-T3 dan Rp10 miliar untuk SR019-T5.
Sementara itu, Head of Sales Mandiri Manajemen Investasi Vina Cahyadi menyebut bahwa SR019 berpeluang ludes terjual Rp20 triliun atau memenuhi target penjualan yang ditetapkan Kemenkeu.
Hal ini terlihat dari tingginya permintaan masyarakat dan antusiasme masyarakat untuk berinvestasi di produk obligasi pemerintah, yang salah satunya adalah sukuk ritel.
Menurutnya, sukuk ritel sendiri tidak hanya menarik bagi investor muda atau pemula, tetapi juga bagi investor yang sebelumnya berinvestasi di berbagai instrumen lainnya seperti reksa dana, emas, maupun saham.
"Saya melihat demand terhadap obligasi ritel ini masih sangat besar, mungkin ada peralihan juga dari investor yang dulu kecemplung di saham tetapi sekarang baru belajar instrumen lain seperti obligasi pemerintah," ujarnya kepada Bisnis dikutip Jumat (8/9/2023).
Tak berhenti di situ, Vina menilai bahwa sukuk ritel juga diminati masyarakat karena memiliki tingkat kupon atau imbal hasil yang tetap (fixed income). Hal ini menandakan bahwa investor sukuk ritel dapat memperoleh imbal hasil yang sama setiap tahunnya hingga waktu jatuh tempo tiba.