Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,43 persen ke level 6.924,78 pada perdagangan akhir pekan, Jumat (8/9/2023). Saham berkapitalisasi pasar besar seperti BBRI, BBCA, dan TLKM ditutup di zona merah sepanjang perdagangan hari ini.
Berdasarkan data RTI pukul 16.00 WIB, IHSG melemah 30,02 poin dan sempat mencapai level terendah 6.900 sepanjang sesi perdagangan. Adapun level tertinggi IHSG hari ini berada di level 6.966.
Kapitalisasi pasar IHSG turun ke Rp10.266 triliun, dari sebelumnya Rp10.302 triliun. Terdapat 241 saham menguat, 279 saham berakhir di zona merah, dan 232 saham stagnan.
Saham emiten properti PT Graha Mitra Asia Tbk. (RELF) menjadi saham top losers hari ini dengan turun 9,24 persen ke level Rp108.
Sementara itu, saham berkapitalisasi pasar besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga menjadi salah satu saham yang terjun ke zona merah sebesar 1,83 persen atau setara Rp5.350 per saham.
Selain BBRI, saham BBCA juga turun 0,54 persen ke level Rp9.125, dan saham TLKM ikut turun 1,86 persen ke level Rp3.690.
Baca Juga
Saham yang menguat hari ini adalah saham BMRI yang naik 0,43 persen ke level Rp5.900, AMMN naik 3,70 persen ke level Rp5.600, dan BRPT yang naik 0,88 persen ke level Rp1.140. Begitu juga dengan saham ADRO yang naik 0,35 persen ke level Rp2.890, dan saham UNTR yang naik 0,55 persen ke level Rp27.300 per saham.
Sebelumnya, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan IHSG masih mungkin dibayangi oleh pelemahan lanjutan pada saham-saham energi, menyusul pullback signifikan harga minyak di Kamis (7/9/2023).
Sementara itu, tekanan jual pada saham bank diperkirakan mereda di Jumat (8/9/2023).
"Sebagai informasi, tekanan pada saham bank berasal dari pelemahan nilai tukar rupiah yang kembali ke atas Rp15.300 per dolar di Kamis sore," kata Valdy dalam risetnya, Jumat (8/9/2023).
Faktor lainnya diperkirakan berasal dari penurunan cadangan devisa sebesar US$600 juta mom ke US$137,1 per 31 Agustus 2023. Meski turun, cadangan devisa tersebut sebetulnya masih setara 6,2 bulan impor atau jauh di atas kecukupan minimal internasional di 3 bulan impor.