Bisnis.com, Balikpapan — Anak usaha PT United Tractors Tbk. (UNTR), PT Pamapersada Nusantara (PAMA) tengah mamacu diversifikasi bisnis ke energi hijau di tengah upaya mewujudkan target Net Zero Emission 2060 yang telah dicanangkan pemerintah.
External Relation Depaptement Head PAMA Gunawan Setiadi mengatakan, ke depan batu bara akan memasuki usia senjakala, untuk itu diversifikasi merupakan sebuah keniscayaan.
"Kalau kita bicara batu bara kan ada masa end-nya. meskipun sampai 50 tahun ke depan proyeksinya masih dibutuhkan, kita tetap memulai untuk mencari energi alternatif," kata Gunawan di sela-sela acara Media Gathering Road to 30 Years PAMA — Sustainability Growth di Balikpapan, Selasa (5/9/2023).
Salah satu langkah diversifikasi yang ditempuh PAMA adalah dengan mengakuisisi 40,47 persen saham perusahaan yang bergerak pada sektor geothermal yakni PT Supreme Energy Sriwijaya (SES).
Aksi pembelian saham tersebut dilakukan melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN) entitas yang 51,01 persen sahamnya dimiliki oleh PT United Tractors Tbk. (UNTR) dan 48,99 persen dimiliki oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Adapun pembelian saham tersebut menghabiskan dana hingga US$42,32 juta atau setara Rp634,94 miliar.
Untuk diketahui, SES merupakan salah satu pemegang saham pada PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD), perusahaan pemegang Izin Panas Bumi dengan kapasitas 2 x 49 MW yang telah beroperasi berlokasi di Kabupaten Lahat, Kota Pagar Alam dan Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.
Baca Juga
Gunawan mengatakan, proses akuisisi tersebut dilakukan seiring dengan upaya PAMA untuk terus secara stimultan mendorong peralihan ke energi yang lebih ramah lingkungan dan terbarukan.
Selain energi panas bumi, PAMA melalui Energia Prima Nusantara juga mulai menjajaki bisnis energi solar panel melalui sistem Pembangkit Tenaga Surya (PLTS). Sebagai tahap awal, tambah Gunawan, pemanfaatan energi solar cell tersebut masih difokuskan untuk internal perusahaan, baik di PAMA Group, United Tractor hingga Astra Group.
Sebagai contoh, PAMA telah melakukan pemasangan solar rooftop di areal PAMA Head Office. Pemasangan solar panel dilakukan dalam 3 tahap yang dimulai dari gedung PAMA 3, dilanjutkan ke Gedung PAMA 2 dan skybrige, hingga skybrige arah selatan. Saat ini panel surya yang telah dipasang mempunyai kapasitas 200Kwp.
Gunawan tak memungkiri jika serangkaian aksi diversifikasi tersebut belum secara maksimal menopang kinerja keuangan perusahaan. Hal ini lantaran proses diversifikasi tersebut masih pada tahap investasi.
"Sektor energi terbarukan itu masih investasi ya, jadi mungkin returnnya masih membutuhkan waktu. Cuma pasti ke depannya akan lebih menjanjikan. Kita proyeksi 10 atau 20 tahun lagi bakal beralih ke situ ketika batu bara bukan lagi menjadi produk utama kita," ujarnya.
Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia telah mengumumkan bahwa akan memenuhi net zero emission maksimal pada 2060. Adapun, salah satu langkah utama dan terbesar untuk mencapai target itu adalah penutupan secara bertahap pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara.
Untuk diketahui, PAMA memiliki 3 lini bisnis utama, pertama sektor Minning, yang didalamnya meliputi usaha kontraktor pertambangan batu bara dan penambangan batu bara. Kedua, minning mineral lain yang meliputi usaha pertambangan emas dan nikel. Dan terakhir adalah usaha sektor energi yang meliputi usaha pembangkit listrik dan energi terbarukan (EBT).
"Dari ke tiga lini bisnis tersebut mayoritas pendapatan PAMA masih ditopang dari sektor kontraktor batu bara, angkanya di atas 50 persen," pungkas Gunawan.
Sebagai Informasi, PAMA mencatatkan peningkatan volume produksi batu bara sebesar 17 persen menjadi 71,1 juta ton per Juli 2023, dari periode sebelumnya 60,7 juta ton.
Selanjutnya, volume pekerjaan penupasan lapisan tanah (overburden removal/OB) naik 21 persen menjadi 627,4 juta bank kubik meter (bcm) dari periode sebelumnya sebesar 519,2 juta bcm pada Juli 2022.
Adapun untuk target sepanjang 2023 ini, PAMA menetapkan target overburden removal hingga 1 miliar bcm.