Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.270 pada perdagangan hari ini, Selasa (5/9/2023).
Rupiah kompak melemah bersama mata uang Asia lainnya. Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,20 persen ke Rp15.270 per dolar AS.
Adapun indeks dolar AS menguat 0,32 persen ke 104,57. Bersamaan dengan rupiah, yen Jepang turun 0,29 persen, dolar Singapura turun 0,47 persen, dolar Taiwan melemah 0,08 persen, won Korea Selatan turun 0,87 persen, dan peso Filipina turun 0,43 persen.
Kemudian rupee India melemah 0,29 persen, yuan China turun 0,39 persen, ringgit Malaysia turun 0,13 persen, dan baht Thailand turun 0,62 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya mengatakan ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama telah membatasi minat investor terhadap emas.
Indikator tenaga kerja dan inflasi baru-baru ini juga menunjukkan bahwa bank sentral masih perlu mempertahankan kebijakan yang ketat dalam jangka pendek.
Baca Juga
"Pasar kini fokus pada sejumlah pembicara The Fed pada minggu ini, yang diperkirakan akan menawarkan lebih banyak isyarat mengenai kebijakan moneter sebelum keputusan suku bunga akhir bulan ini," kata Ibrahim, Selassa (5/9/2023).
Presiden Fed Dallas Lorie Logan akan berbicara pada hari Rabu, diikuti oleh Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee pada hari Kamis. Anggota komite pasar terbuka Fed John Williams dan Michelle Bowman juga akan berbicara pada hari Kamis.
Meskipun serangkaian data ekonomi yang lemah meningkatkan harapan bahwa The Fed memiliki ruang terbatas untuk terus menaikkan suku bunga, bank sentral AS ini masih diperkirakan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Hal tersebut mengingat tanda-tanda inflasi yang kaku dan aktivitas pasar tenaga kerja yang stabil baru-baru ini.
Dari dalam negeri, lembaga pemeringkat Fitch Kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 1 September 2023. Keputusan ini mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah yang baik serta rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang rendah.
Di sisi lain, Fitch melihat masih ada sejumlah tantangan yang perlu direspons, yaitu penerimaan pemerintah yang masih rendah serta beberapa indikator struktural, termasuk indikator tata kelola yang relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara lain pada peringkat yang sama.
Pada laporannya, Fitch menilai ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5 persen pada 2023 didukung oleh konsumsi domestik yang solid, di tengah pelemahan ekspor dan eskalasi risiko dari tertahannya pemulihan ekonomi China.
Selain itu, Pemilu pada 2024 diperkirakan tidak memengaruhi investasi, bahkan belanja Pemilu partai dapat berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam enam bulan ke depan.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah fluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.260—Rp15.320.