Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke level Rp15.258 pada perdagangan hari ini, Selasa, (5/9/2023). Adapun, mayoritas mata uang kawasan Asia lainnya yang juga terpantau lesu pagi ini.
Berdasarkan data Bloomberg dikutip Selasa, (5/9/2023) pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka melemah 0,12 persen atau 18 poin ke level Rp15.258 per dolar AS, setelah ditutup menguat tipis pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau terkoreksi 0,04 persen ke posisi 104,19 pada pagi ini.
Beberapa mata uang Asia lainnya yang melemah terhadap dolar AS yakni yuan China turun 0,21 persen dolar Singapura melemah 0,14 persen, dolar Hongkong terkoreksi 0,06 persen, dolar Taiwan melemah 0,04 persen.
Kemudian, ringgit Malaysia turun 0,05 persen, won Korea terkoreksi 0,35 persen, dan baht Thailand melemah 0,34 persen, rupee India turun 0,04 persen, dan peso Filipina melemah 0,26 persen.
Hal tersebut menandakan bahwa pada pagi ini, belum ada satu pun mata uang di kawasan Asia yang menguat terhadap dolar AS.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah hari ini akan cenderung fluktuatif namun berpotensi ditutup melemah di rentang Rp15.220 hingga Rp15.280 per dolar AS.
Baca Juga
“Para pelaku pasar memprediksi bahwa The Fed akan tetap mempertahankan kebijakan moneternya pada akhir bulan ini, sehingga membebani dolar AS,” kata dia dalam risetnya, dikutip Selasa (5/9/2023).
Kendati demikian, hal ini juga menambah kesan bahwa perekonomian AS sedang mendingin tanpa melambat secara tajam, sehingga memperkuat harapan bahwa perekonomian akan memasuki kondisi soft landing, sebuah pandangan yang dapat mendukung greenback dalam jangka panjang seperti halnya perekonomian di Eropa, serta Asia.
"Data yang dirilis minggu ini sepertinya tidak akan mengubah pandangan pasar secara substansial, namun para pelaku pasar juga akan mendapat kesempatan untuk mendengar pendapat dari beberapa pembicara The Fed," ujar Ibrahim.
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini diprediksi melemah, di tengah upaya China menstabilkan perekonomiannya.
Data dari China terbaru kemungkinan menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi di Negeri Tirai Bambu ini masih rapuh. PMI jasa Caixin untuk bulan Agustus akan dirilis pada Selasa (5/9/2023) dan diperkirakan menunjukkan ekspansi di sektor jasa sedikit melambat pada bulan lalu.
Sementara itu, data perdagangan pada Kamis, (7/9/2023) diperkirakan menunjukkan bahwa ekspor dan impor China mengalami kontraksi lagi pada bulan Agustus dibandingkan tahun sebelumnya.
Adapun dari sentimen dalam negeri, Bank Indonesia (BI) optimistis laju inflasi Indonesia diperkirakan akan terus menurun dan mencapai tingkat 3 persen pada akhir 2023. Sedangkan tingkat inflasi pada 2024 ditargetkan akan terjaga tetap rendah, yaitu berada dikisaran 2,5 hingga 3,5 persen.
Pasalnya, tingkat inflasi yang rendah merupakan faktor yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Untuk itu, menurutnya BI akan terus memperkuat bauran kebijakan dalam menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi, terutama dengan koordinasi yang erat dengan pemerintah.